Nationalgeographic.co.id—Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa Bumi bagian Utara dan Selatan tidak mengalami satu musim yang sama?
Fenomena alam ini bagaikan teka-teki yang membingungkan, seolah Bumi ingin menunjukkan dua wajahnya yang berbeda dalam waktu yang bersamaan.
Rasa ingin tahu Anda akan terjawab dalam artikel ini dengan memahami dua faktor utama yang menjadi dalang di balik perbedaan musim ini, yaitu kemiringan sumbu rotasi Bumi dan revolusinya mengelilingi Matahari.
Artikel ini akan mengupas lebih dalam tentang fenomena ini dan menjawab pertanyaan mengapa Bumi bagian Utara dan Selatan tidak mengalami satu musim yang sama.
Bukan Jarak, Tapi Kemiringan yang Berperan
Banyak orang mengira bahwa musim panas terjadi karena Bumi lebih dekat dengan Matahari, dan musim dingin terjadi karena lebih jauh. Anggapan ini, meskipun logis, ternyata keliru.
Faktanya, jarak Bumi ke Matahari tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap cuaca. Bahkan, saat musim dingin di belahan Bumi Utara, Bumi justru berada di jarak terdekatnya dengan Matahari!
Menurut NASA Space Place, rahasia di balik perbedaan musim ini terletak pada kemiringan sumbu rotasi Bumi. Berbeda dengan bola yang berputar tegak lurus, Bumi memiliki sumbu rotasi yang miring 23,5 derajat.
Kemiringan inilah yang menyebabkan berbagai bagian Bumi menerima sinar Matahari secara berbeda sepanjang tahun.
Bayangkan Bumi sebagai sebuah gasing yang berputar miring. Saat gasing berputar, bagian atas dan bawahnya akan menerima sinar matahari secara berbeda.
Ketika bagian atas gasing menghadap ke sumber cahaya, bagian bawahnya akan terpapar lebih sedikit sinar matahari. Hal ini serupa dengan apa yang terjadi pada Bumi.
Baca Juga: Bagaimana Proses Terbentuknya Kawah Meteor di Planet Maupun Bulan?
Saat Bumi berputar pada porosnya, belahan Bumi yang condong ke arah Matahari akan menerima sinar Matahari lebih banyak, sehingga mengalami musim panas. Sebaliknya, belahan Bumi yang menjauh dari Matahari akan mengalami musim dingin.
Revolusi: Tarian Bumi Mengelilingi Matahari
Bumi bagaikan penari yang tiada henti dalam pertunjukan kosmiknya, mengelilingi Matahari dalam orbit berbentuk elips selama satu tahun.
Dalam tarian ini, belahan Bumi Utara dan Selatan secara bergantian menyapa dan membelakangi sang raja siang.
Saat satu belahan Bumi dimandikan sinar Matahari yang hangat, belahan Bumi lainnya diselimuti keteduhan dan mengalami musim yang berbeda.
Bayangkan Bumi sebagai sebuah bola yang mengorbit Matahari dengan porosnya yang miring. Saat Bumi bergerak mengelilingi Matahari, kemiringan porosnya tetap konstan, sehingga belahan Bumi yang menghadap Matahari akan terus berubah.
Musim Berbeda di Belahan Bumi: Dua Sisi Mata Uang yang Sama
Mari kita telusuri contoh konkretnya. Di bulan Juni, saat belahan Bumi Utara tengah bersuka cita dalam musim panas, di belahan Bumi Selatan justru dilanda musim gugur. Daun-daun mulai berguguran, menandakan peralihan dari musim panas ke musim dingin.
Sinar Matahari yang lebih condong ke selatan menghangatkan belahan Bumi Selatan, sementara belahan Bumi Utara mulai menjauh dari sumber panas, sehingga suhunya mendingin dan siang harinya menjadi lebih pendek.
Di bulan Desember, keadaan berbalik. Belahan Bumi Utara diselimuti salju dan merayakan Natal di tengah musim dingin, sementara belahan Bumi Selatan menyambut hangatnya musim panas.
Sinar Matahari yang kini condong ke utara memberikan kehangatan dan memancarkan sinar yang lebih lama di belahan Bumi Selatan.
Baca Juga: Tampil Cantik Sambil Jaga Bumi: Daur Ulang Sampah Kosmetikmu
Kesimpulan: Perpaduan Dua Kekuatan Alam
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa perbedaan musim di belahan Bumi Utara dan Selatan merupakan hasil kolaborasi antara kemiringan sumbu rotasi Bumi dan revolusinya mengelilingi Matahari.
Pemahaman terhadap fenomena musim ini membuka mata kita terhadap keagungan dan kompleksitas alam semesta.
Bumi, dengan kemiringan sumbunya dan tariannya mengelilingi Matahari, terus menghadirkan pertunjukan musim yang mempesona, menjadi pengingat akan keagungan ciptaan Tuhan dan misteri yang masih menanti untuk dipelajari.
Dengan memahami mengapa Bumi bagian Utara dan Selatan tidak mengalami satu musim yang sama, kita semakin terinspirasi untuk terus menjelajahi dan mempelajari keajaiban alam semesta yang tak terhingga.