Diderot Effect: Saat Kita Beli Barang yang Sebenarnya Tidak Dibutuhkan

By Ade S, Kamis, 16 Mei 2024 | 14:03 WIB
Ilustrasi belanja. Hindari jebakan Diderot Effect: membeli barang yang tidak dibutuhkan. Pahami cara kerjanya, dampaknya, dan tips untuk mengatasinya. (freepik.com/author/cookie-studio)

Nationalgeographic.co.id—Pernahkah Anda membeli sesuatu yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan? Kemungkinan besar, jawabannya iya.

Kita kerap terjebak dalam siklus membeli barang baru, berpindah ke versi terbaru, dan memenuhi hidup dengan kepemilikan yang tidak perlu.

Inilah yang disebut Diderot Effect: kecenderungan untuk konsumsi berlebihan, terutama dipicu oleh keinginan alami kita untuk hidup lebih baik.

Fenomena ini dipopulerkan oleh pakar antropologi budaya Grant McCracken yang  terinspirasi dari kisah Denis Diderot, seorang filsuf Prancis abad ke-18.

Diderot, setelah mendapatkan jubah mandi mewah, merasa bahwa barang-barang miliknya yang lain terasa murahan dan tidak serasi.

Hal ini mendorongnya untuk membeli lebih banyak barang baru agar selaras dengan jubah barunya.

Tanpa disadari, Diderot terjerumus dalam spiral konsumsi berlebihan yang membuatnya terlilit utang.

Artikel ini akan mengupas lebih dalam tentang Diderot Effect, bagaimana cara kerjanya, dampak negatifnya, dan tips-tips untuk mengatasinya.

Asal Mula Diderot Effect

Mengutip buku Atomic Habits karya James Clear, istilah "Diderot Effect" berasal dari kisah Denis Diderot, seorang filsuf Prancis abad ke-18.

Suatu hari, Diderot menerima hadiah jubah mandi mewah dari seorang teman.

Baca Juga: Dari Kucing hingga Hantu: Perang Psikologis dalam Sejarah Dunia

Setelah mendapatkan jubah baru tersebut, Diderot merasa bahwa barang-barang lain di rumahnya terlihat kusam dan tidak serasi dengan jubah barunya.

Hal ini mendorongnya untuk membeli barang-barang baru lainnya, seperti furnitur, lukisan, dan dekorasi, agar sesuai dengan jubah barunya.

Tanpa disadari, Diderot terjerumus dalam spiral konsumsi berlebihan yang membuatnya terlilit utang.

Bagaimana Diderot Effect Bekerja?

Diderot Effect bekerja dengan cara memanipulasi persepsi kita tentang diri sendiri dan lingkungan sekitar.

Ketika kita membeli barang baru, kita sering kali merasa lebih baik tentang diri kita sendiri.

Kita merasa lebih stylish, sukses, dan bahagia. Namun, perasaan ini hanya bersifat sementara.

Seiring waktu, kita akan terbiasa dengan barang baru tersebut dan mulai mencari hal lain yang dapat meningkatkan rasa percaya diri kita.

Selain itu, Diderot Effect juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal seperti iklan dan media sosial.

Iklan dirancang untuk memicu keinginan kita untuk memiliki barang-barang yang mereka tampilkan.

Media sosial penuh dengan influencer yang memamerkan gaya hidup mewah mereka, yang dapat membuat kita merasa tidak puas dengan hidup kita sendiri dan mendorong kita untuk membeli barang-barang yang sama.

Baca Juga: Memaknai Sejarah Psikologi Kepribadian Carl Jung, Introvert-Ekstrovert

Dampak Diderot Effect

Diderot Effect dapat memiliki dampak negatif pada kehidupan kita, baik secara finansial maupun emosional.

Dampak finansialnya jelas: konsumsi berlebihan dapat menyebabkan kita terlilit utang dan kesulitan keuangan.

Dampak emosionalnya pun tidak kalah berbahaya. Diderot Effect dapat membuat kita merasa tidak puas dengan diri sendiri dan hidup kita, dan dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan depresi.

Bagaimana Mengatasi Diderot Effect?

Melepaskan diri dari cengkeraman Diderot Effect tidaklah mudah, tetapi bukan berarti tidak mungkin. Berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu, seperti dilansir dari Ness Labs:

* Waspadalah terhadap sindrom "mainan baru yang mengkilap".

Membeli mainan baru yang mengkilap seringkali hanya memberikan kepuasan sementara.

Setiap kali Anda ingin meningkatkan salah satu barang Anda - misalnya, ponsel baru, mobil baru, TV baru - tanyakan pada diri sendiri: apakah saya benar-benar membutuhkan versi terbaru?

Keuntungan nyata apa yang akan saya dapatkan yang mutlak diperlukan?

Demikian pula, ketika Anda hendak membeli produk apa pun, pertimbangkan apakah versi bekas bisa berfungsi dengan baik. Baik untuk dompet Anda, maupun untuk planet ini.

Baca Juga: Evolusi dan Psikologi: Di Balik Orang Kesepian Punya Pemikiran Hebat

* Tetapkan batas pengeluaran.

Cara sederhana untuk menghindari konsumsi berlebihan adalah dengan memiliki anggaran yang ketat.

Sebelum pergi berbelanja atau mencari produk baru, katakan pada diri sendiri: "Saya tidak akan menghabiskan lebih dari jumlah tertentu."

Batas pengeluaran ini harus mencakup total biaya produk; hindari mengambil pinjaman untuk hal lain selain pembelian besar dan penting.

Sebagian besar skema cicilan "beli sekarang, bayar nanti" memiliki biaya tersembunyi yang sangat besar yang dapat berdampak buruk pada keuangan pribadi Anda.

Untuk mengelola anggaran Anda dalam jangka panjang, Anda bisa menggunakan aplikasi atau spreadsheet sederhana.

* Hindari pemicu konsumsi.

Terakhir, cobalah untuk tidak menempatkan diri Anda dalam situasi di mana Anda bisa menjadi mangsa Efek Diderot sejak awal!

Memang sulit untuk menghindari iklan saat ini, tetapi kita masih bisa meminimalkan paparannya.

Bersantailah di taman alih-alih pergi ke pusat perbelanjaan, berhenti mengikuti merek di media sosial, hapus aplikasi belanja dari ponsel Anda.

Melepaskan diri dari cengkeraman Diderot Effect tidaklah mudah, tetapi bukan berarti tidak mungkin.

Dengan menerapkan tips-tips yang telah dibahas dalam artikel ini, Anda dapat mulai membangun kebiasaan konsumsi yang lebih mindful dan berkelanjutan.

Ingatlah, kebahagiaan dan kepuasan tidak datang dari barang-barang material, tetapi dari pengalaman, hubungan, dan rasa syukur atas apa yang sudah Anda miliki.