Kala Dinasti Ming Dorong Malaka Masuk Islam Demi Bisa Tekan Majapahit

By Ade S, Rabu, 15 Mei 2024 | 20:03 WIB
Armada harta karun China seperti yang dilukis oleh Vladimir Kosov, tertanggal 2018. Pelajari strategi politik Dinasti Ming dalam mendorong Malaka memeluk Islam untuk menekan kekuatan Majapahit di Laut India. (Vladimir Kosov)

Nationalgeographic.co.id—Pernahkah Anda membayangkan bagaimana Dinasti Ming, kerajaan besar di Cina, menggunakan strategi politik untuk memengaruhi wilayah di Asia Tenggara?

Artikel menarik dari The Times Of India berjudul "History of Indian Ocean Shows How Old Rivalries Can Trigger" mengungkap fakta mengejutkan tentang bagaimana Dinasti Ming membantu Malaka memeluk Islam demi menekan kekuatan Majapahit di Laut China Selatan.

Pada dasarnya, artikel tersebut tidak hanya memberikan wawasan tentang strategi politik Dinasti Ming, tetapi juga menyoroti kompleksitas hubungan geopolitik di Laut China Selatan dari masa ke masa.

Untuk itu, pembahasan akan dimulai dari abad ke-6 Masehi, kala Bizantium dan Persia mengadu kekuatan kawasan tersebut.

Bizantium versus Persia

Pada abad ke-6 M, Timur Tengah didominasi oleh dua kekuatan — aliansi Kristen yang dipimpin oleh kekaisaran Bizantium dan kekaisaran Sasanian Iran. Sekutu regional utama Bizantium adalah Ethiopia yang baru saja memeluk Kristen Ortodoks.

Salah satu faktor yang mendorong persaingan adalah perebutan kendali atas pantai Yaman-Oman karena merupakan kunci perdagangan dengan India.

Seperti yang dikatakan oleh seorang Bizantium kontemporer, "Tidak mungkin bagi orang Ethiopia untuk membeli kain dari India, karena pedagang Persia selalu menempatkan diri mereka di pelabuhan tempat orang India pertama kali berlabuh."

Raja Ethiopia Ella Asbeha beberapa kali mencoba menempatkan seorang Kristen di takhta Yaman. Namun, setiap kali tentara Ethiopia mundur, faksi Yahudi dan pro-Persia bangkit memberontak.

Akhirnya, Ella Asbeha meninggalkan garnisun Ethiopia yang besar tetapi para prajurit "nakal" justru menempatkan kandidat mereka sendiri di atas takhta. Dengan cara inilah Yaman hancur oleh perang saudara yang rumit.

Pada akhirnya, Persia memilih untuk campur tangan dan mengambil alih pantai tersebut. Seolah-olah perang Bizantium-Persia belum buruk, wilayah tersebut dilanda pandemi mematikan. Dikenal sebagai Wabah Justinian, penyakit ini menyebar melintasi Mediterania dan Timur Tengah, menewaskan sekitar 25-50 juta orang.

Baca Juga: Akhir Tragis Ritual Darah Menstruasi Kaisar Jiajing dari Dinasti Ming