Namun, rencana perjalanannya harus menghadapi kebijakan kaisar yang melarang perjalanan ke luar wilayah Kekaisaran Tiongkok.
Dikutip dari laman Asia Society, Xuanzang merupakan orang yang menghormati otoritas. Hal ini membuatnya bergumul dengan keputusan apakah dia akan melakukan perjalanan atau tidak.
“Xuanzang, seorang pria yang brilian dan taat, pada akhirnya percaya bahwa pergi ke India adalah satu-satunya cara untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mengganggu umat Buddha Tiongkok.”
Hal serupa juga disampaikan oleh Tansen Sen, penulis “The Travel Records of Chinese Pilgrims Faxian, Xuanzang, and Yijing”.
“Xuanzang berangkat dalam perjalanannya ke India tanpa otorisasi resmi dari istana Tang. Kepergiannya yang ilegal dari Tiongkok mungkin merupakan salah satu alasan mengapa Xuanzang dengan sengaja mencari audiensi dengan penguasa asing penting di Asia Tengah dan Selatan,” kata Tansen.
Dia memulai perjalanan epiknya dari Chang'an, menelusuri jalur yang sekarang dikenal sebagai Jalur Sutra. Melalui wilayah otonomi Xinjiang dan Asia Tengah, Xuanzang menghadapi berbagai rintangan.
Gurun Taklamakan yang luas dan berbahaya terbentang di hadapannya, dengan pasir yang panas dan angin yang kejam. Setiap langkah di gurun itu adalah ujian.
Tetapi Xuanzang tidak gentar. Dengan tekad yang kuat dan keyakinan dalam misinya, ia terus maju, menantang kerasnya alam dan cobaan yang dihadapinya.
Setelah bertaruh nyawa melewati gurun, Xuanzang dihadapkan pada tantangan berikutnya: Pegunungan Tian Shan yang tinggi dan terjal.
Udara dingin dan tipis, jalan yang berbatu, membuat setiap langkah semakin berat. Namun keindahan alam seolah mengingatkan Xuanzang pada besarnya tujuan yang ia kejar.
Sepanjang Jalur Sutra, Xuanzang harus menghadapi para pemimpin daerah yang kuat dan terkadang ingin menangkapnya. Namun, Kecerdasan dan dedikasinya yang tulus terhadap ajaran Buddha meyakinkan para pemimpin ini untuk membantunya dalam perjalanan menuju India.
Baca Juga: Singkap Sejarah Waisak dan Beragam Perayaannya di Penjuru Dunia