Periode Negara-negara Berperang, Era Berdarah dalam Sejarah Tiongkok

By Sysilia Tanhati, Jumat, 24 Mei 2024 | 14:00 WIB
Periode Negara-Negara Berperang adalah era berdarah dalam sejarah Tiongkok dan peperangan yang terus menerus menyebabkan banyak korban jiwa. (Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.id—Periode Negara-negara Berperang adalah era ketika kekuasaan terkonsentrasi di tangan tujuh negara besar dalam sejarah Tiongkok kuno. Periode ini adalah era berdarah dalam sejarah Tiongkok dan peperangan yang terus-menerus menyebabkan banyak korban jiwa. “Era ini juga merupakan masa kemajuan militer,” tulis Wu Mingren di laman Ancient Origins.

Periode ini terjadi antara abad ke-5 dan ke-3 SM. Selama sebagian besar waktu ini, Tiongkok kuno berada di bawah kekuasaan Zhou Timur, yang merupakan paruh kedua Dinasti Zhou. Namun demikian, otoritas penguasa Zhou selama Periode Negara-Negara Berperang sangat berkurang. Hal ini menyebabkan mereka tidak mampu menggunakan kekuasaan nyata di negara mereka sendiri.

Periode Negara-negara Berperang berakhir ketika negara Qin berhasil menaklukkan semua negara saingan lainnya. Qin menyatukan Tiongkok di bawah dinasti kekaisaran pertamanya, Dinasti Qin.

Kapan Periode Negara-Negara Berperang Dimulai?

Menurut Catatan Sejarawan Agung Sima Qian, Periode Negara-Negara Berperang dimulai pada tahun 475 SM. Kronik Musim Semi dan Musim Gugur berakhir pada tahun tersebut. Di tahun yang sama Raja Yuan dari Zhou naik takhta.

Namun ada juga yang berpendapat bahwa tahun 481 SM atau 403 SM adalah titik awal Periode Negara-Negara Berperang. Di tahun yang sama, negara bagian Jin dipecah. Pemisahan Jin (dikenal juga sebagai 'Tiga Keluarga Pemisahan Jin') adalah titik penting dalam sejarah Periode Negara-negara Berperang. Pemisahan ini mengakibatkan jatuhnya negara Jin yang kuat, dan kebangkitan negara-negara Han, Wei, dan Zhao.

Latar Belakang Munculnya Periode Negara-Negara Berperang?

Pada abad ke-5 SM Dinasti Zhou Timur (771-256 SM) runtuh. Tidak lagi dominan dalam hal militer, Zhou terpaksa bergantung pada tentara negara-negara sekutu lainnya. Di saat yang sama, sekutu-sekutu tersebut mengambil kesempatan untuk mengajukan klaim teritorial mereka sendiri.

Karena alasan ini, raja Zhou terkadang terpaksa menjadikan pemimpin militer negara lain sebagai pemimpin militer aliansi Zhou. Para komandan ini diberi gelar kehormatan "ba" atau "hegemon". Semua yang ada dalam aliansi tersebut harus bersumpah setia kepada sistem feodal Zhou.

Pada awal abad ke-4 SM, hampir 100 negara kecil telah dikonsolidasikan melalui penaklukan menjadi tujuh negara besar: Chu, Han, Qi, Qin, Wei, Yan, dan Zhao. Di antara negara-negara tersebut terdapat beberapa negara bagian yang lebih kecil. Namun tujuh negara bagian besar menjadi begitu besar dan terkonsolidasi. Karena alasan itu, sulit bagi satu negara bagian untuk menyerap negara bagian lainnya.

Yang lebih mendorong pemisahan wilayah ini adalah tren pembangunan tembok pertahanan yang panjang di sepanjang perbatasan. “Beberapa di antaranya panjangnya beberapa ratus kilometer,” tulis Mark Cartwright di laman World History Encyclopedia. Terbuat dari batu dan tanah, bagian panjangnya masih bertahan hingga saat ini termasuk tembok Qi di Mulinngguan di Shandong. Tembok Qi memiliki tinggi 4 meter dan lebar 10 meter di beberapa tempat.

Baca Juga: Jatuh Bangun Biksu Shaolin dalam Sejarah Dinasti Ming Tiongkok