Beruntung, saat itu dirinya memiliki nenek yang cakap, Permaisuri Zhang (istri Kaisar Hongxi) yang bersama tiga menteri senior memastikan kekaisaran diperintah dengan baik hingga sang nenek mangkat di tahun 1442.
Pemerintahan awal Zhu Qizhen terbilang tenang dan sejahtera. Di bawah bimbingan neneknya dan para menteri yang cakap, kekaisaran Ming mencapai puncak kejayaan.
Namun, kesalahan fatal sang ayah, yakni memberikan kekuasaan kepada para kasim, mulai terlihat dampaknya.
Tutor Kekaisaran, Kasim Istana Wang Zhen, menipu muridnya untuk melancarkan kampanye militer yang keliru pada tahun 1449: melawan pemimpin Mongol yang kuat, Esen Khan.
Pasukan Ming pun dimusnahkan di Tumu - sekitar 70 kilometer barat laut Beijing. Selanjutnya kaisar, selir kekaisaran, harta benda, dan para menteri ditawan oleh Mongol.
Kekalahan ini menandai awal kejatuhan Dinasti Ming. Meski sempat bertahan, kekaisaran mulai mengalami kemunduran panjang sampai akhirnya digulingkan pada tahun 1644.
Masa Penahanan dan Kembalinya ke Tahta
Selama Zhu Qizhen dipenjara oleh Mongol, seorang kaisar Ming baru, dengan gelar pemerintahan Jingtai, diangkat.
Pemerintahan baru menolak membayar tebusan untuk Zhu Qizhen. Namun, setelah setahun, pada September 1450, Esen Khan memutuskan untuk membebaskannya.
Dia kembali ke Beijing tetapi ditempatkan di dalam Istana Selatan Kota Terlarang sebelum akhirnya dia berhasil menggulingkan Kaisar Jingtai dalam kudeta istana pada tahun 1457.
Saat itu, pada Februari, Kaisar Jingtai jatuh sakit kritis. Kaki tangan Zhu Qizhen bergerak cepat dengan mendobrak gerbang Istana Selatan dan mengalahkan penjaga Kaisar.
Baca Juga: 'Cinta Beracun' Lady Zheng, Empaskan Dinasti Ming ke Jurang Kehancuran