Dipicu Kebijakan Fatal Ayahnya, Kaisar Zhu Qizhen Seret Dinasti Ming ke Jurang Kehancuran

By Ade S, Jumat, 24 Mei 2024 | 20:03 WIB
Dinasti Ming yang kuat runtuh di bawah Zhu Qizhen, terbebani oleh kesalahan fatal ayahnya dan balas dendamnya yang kejam. (Sconosciuto)

Peristiwa ini sekarang dikenal dalam sejarah China sebagai "Insiden Penyerbuan Gerbang".

Setelah menurunkan pangkat Kaisar Jingtai menjadi Pangeran, Zhu Qizhen mengangkat dirinya sebagai kaisar, kali ini dengan gelar pemerintahan Kaisar Tianshun.

Kudeta ini membuatnya menjadi satu-satunya kaisar Ming yang memerintah dua kali alias dalam dua periode berbeda.

Pemerintahan Kedua yang Diwarnai Balas Dendam

Pemerintahan kedua Zhu Qizhen sangat berbeda dari yang pertama.

Neneknya, Permaisuri Zhang, yang telah membantunya saat menjadi kaisar anak-anak, telah meninggal dunia dan para menteri yang cakap dari masa lalu telah disingkirkan oleh Kaisar Jingtai.

Masa pengasingan dan pengkhianatan yang panjang juga telah membuat Zhu Qizhen menjadi orang yang sangat curiga sekaligus memiliki hasrat besar untuk membalas dendam.

Dia sangat tidak mempercayai para menterinya dan lebih memilih untuk menaruh kepercayaan kepada para kasim dan polisi rahasia kekaisaran.

Dengan dukungan mereka, dia membunuh atau mengusir lebih dari satu juta orang.

Semua kebijakan balas dendam (yang berlangsung selama 6 tahun) itu diambil di tengah kondisi kekaisaran yang sangat menderita akibat perang dengan Mongol dan pemerintahan Kaisar Jingtai.

Ketiga faktor tersebut pada akhirnya menyeret kekaisaran pada kondisi ekonomi yang hancur dan rakyat yang menderita.

Baca Juga: Permaisuri Ma Xiaocigao, 'Ibu' Dinasti Ming yang Lahir dari Pembunuh Melarat

Warisan Berupa Kekaisaran yang Terluka

Segala bentuk kesejahteraan dan kedamaian yang terjadi pada 1436, saat Zhu Qizhen diangkat menjadi kaisar, berkahir kelam di akhir kepemimpinannya yang kedua.

Zhu Qizhen meninggal karena sakit pada usia 37 tahun pada tahun 1464. Dia meninggalkan negara dalam kekacauan dan ekonomi yang merosot usai dirinya terlalu sibuk untuk membalas dendam.

Meski demikian, dia masih sempat meninggalkan sebuah kebijakan yang mengubah total nasib para selir: mereka kini tidak harus ikut dibakar hidup-hidup saat kaisar meninggal.

Sayangnya, para kasim yang sempat menjebak Zhu Qizhen ke dalam perang, dan menyeret Dinasti Ming ke jurang kehancuran, tetap memiliki kekuasaan yang besar di istana.