Nationalgeographic.co.id—Bumi kita adalah sebuah planet yang hidup dan dinamis, di mana kekuatan yang tak terlihat bekerja di bawah permukaannya, menghasilkan fenomena alam yang menakjubkan namun seringkali merusak.
Di antara fenomena tersebut, gempa bumi tektonik menonjol sebagai salah satu peristiwa paling kuat dan mendadak yang dapat kita alami.
Penyebab terjadinya gempa bumi tektonik adalah topik yang telah menarik perhatian para ilmuwan selama berabad-abad, dan pemahaman kita tentang proses ini terus berkembang seiring waktu.
Artikel ini akan membawa Anda melalui penjelasan mendalam tentang kekuatan-kekuatan ini, memberikan wawasan tentang bagaimana ilmu pengetahuan telah membantu kita tidak hanya memahami tetapi juga memprediksi kapan dan di mana gempa bumi tektonik mungkin terjadi.
Dengan pengetahuan ini, kita dapat lebih siap menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh kekuatan alam ini. Jadi, mari kita selami lebih dalam dan jelajahi penyebab terjadinya gempa bumi tektonik dalam artikel yang akan datang.
Gempa Bumi
Melansir The British Geological Survey, gempa bumi adalah hasil dari pergerakan tiba-tiba pada patahan di dalam Bumi. Pergerakan ini melepaskan energi ‘tegangan elastis’ yang tersimpan dalam bentuk gelombang seismik, yang merambat melalui Bumi dan menyebabkan permukaan tanah bergetar. Pergerakan pada patahan umumnya merupakan respons terhadap deformasi jangka panjang dan akumulasi tekanan.
Sementara menurut Encyclopaedia Britannica, gempa bumi merupakan getaran mendadak yang terjadi di permukaan bumi akibat gelombang seismik yang bergerak melalui batuan di kerak bumi. Gelombang seismik ini timbul ketika energi yang tersimpan dalam kerak bumi tiba-tiba terlepas, biasanya disebabkan oleh pecahnya dan pergeseran massa batuan yang saling menekan.
Setiap tahun, sekitar 50.000 gempa bumi yang cukup besar untuk dapat dirasakan tanpa alat bantu terjadi di seluruh bumi. Dari jumlah tersebut, sekitar 100 gempa memiliki kekuatan yang cukup untuk menyebabkan kerusakan besar jika pusatnya berada dekat dengan area pemukiman.
Gempa bumi yang sangat besar terjadi rata-rata sekali setiap tahun. Selama berabad-abad, gempa bumi telah menyebabkan jutaan kematian dan kerusakan harta benda yang tidak terhitung jumlahnya.
Terdapat beberapa penyebab gempa bumi, yaitu pergeseran lempeng Bumi (tektonik), aktivitas vulkanik, runtuhan, jatuhnya asteroid ke Bumi, serta aktivitas manusia.
Baca Juga: Bagaimana Terjadinya Tsunami? Ini 5 Langkah yang Membentuknya
Penyebab Terjadinya Gempa Bumi Tektonik
Gempa tektonik, seperti dilansir dari Sciencing, terjadi di tempat pertemuan lempeng tektonik, yang dikenal sebagai batas lempeng. Ketika dua lempeng saling menekan, mereka membentuk batas lempeng konvergen.
Sebagai contoh, Lempeng Nazca yang berada di Samudra Pasifik, dekat pantai Amerika Selatan di sepanjang parit Peru-Chili, menekan dan menyusup ke bawah Lempeng Amerika Selatan. Gerakan ini mengangkat Lempeng Amerika Selatan, yang menghasilkan pegunungan Andes. Lempeng Nazca pecah menjadi bagian-bagian kecil yang terkunci di tempatnya untuk periode waktu yang lama sebelum tiba-tiba bergeser dan menyebabkan gempa bumi.
Sementara itu, melansir kompas.com, Mirza Desfandi dalam "Kearifan Lokal Smong dalam Konteks Pendidikan" (2019) menjelaskan bahwa gempa bumi tektonik terjadi akibat perubahan mendadak pada lapisan kulit bumi. Pergeseran ini terjadi karena energi yang terakumulasi di zona subduksi tiba-tiba terlepas, menghasilkan gempa yang sangat kuat.
Situs BPBD Provinsi NTB menjelaskan bahwa gempa bumi tektonik muncul dari pelepasan energi yang terjadi saat lempeng tektonik bergeser. Proses ini bisa diibaratkan seperti gelang karet yang direntangkan kemudian dilepaskan, yang menghasilkan getaran.
Menurut John Chambers dan Tatat Sutarman dalam buku "Bumi dan Tanah" (2012), gempa bumi tektonik juga dikenal sebagai gempa bumi dislokasi. Gempa jenis ini yang berpusat di bawah laut dapat memicu tsunami, gelombang laut tinggi yang dahsyat.
Tsunami tidak hanya terjadi di laut; gempa tektonik yang berpusat di daratan pun dapat menyebabkannya, terutama jika magnitudenya besar.
Ringkasnya, gempa bumi tektonik disebabkan oleh pergeseran pada lapisan kulit bumi, yang dipicu oleh pelepasan energi di zona subduksi.
Apa yang Mendorong Pergerakan Lempeng Tektonik?
Di bawah lempeng tektonik terdapat astenosfer Bumi. Astenosfer berperilaku seperti fluida dalam skala waktu yang sangat panjang. Ada beberapa teori bersaing yang mencoba menjelaskan apa yang mendorong pergerakan lempeng tektonik.
Tiga gaya yang telah diusulkan sebagai penggerak utama pergerakan lempeng tektonik, seperti dilansir dari The British Geological Survey, adalah:
Baca Juga: Analisis Gempa Bawean dan Sesar Tua Pola Meratus di Laut Jawa
* Aliran konveksi mantel: aliran mantel yang hangat menggerakkan dan membawa lempeng litosfer seperti konveyor
* Dorongan punggungan (mantel naik yang mengapung di punggungan tengah samudera): lempeng yang baru terbentuk di punggungan samudera bersuhu hangat, sehingga mereka memiliki elevasi lebih tinggi di punggungan samudera daripada material lempeng yang lebih dingin dan lebih padat yang berada lebih jauh; gravitasi menyebabkan lempeng yang lebih tinggi di punggungan mendorong litosfer yang terletak lebih jauh dari punggungan
* Tarikan lempeng: lempeng yang lebih tua dan lebih dingin tenggelam di zona subduksi karena, saat mendingin, mereka menjadi lebih padat daripada mantel yang ada di bawahnya, dan lempeng yang tenggelam yang lebih dingin menarik lempeng yang lebih hangat di belakangnya
Penelitian telah menunjukkan bahwa gaya utama yang mendorong pergerakan lempeng adalah tarikan lempeng, karena lempeng yang lebih banyak tepi mereka yang tenggelam adalah yang bergerak lebih cepat. Namun, dorongan punggungan juga disajikan dalam penelitian terbaru sebagai gaya yang menggerakkan pergerakan lempeng.
Memahami penyebab terjadinya gempa bumi tektonik memberikan kita wawasan penting untuk mengantisipasi dan mengurangi dampak dari bencana alam ini. Semoga artikel ini telah memberikan Anda informasi yang berguna dan meningkatkan kesadaran akan dinamika planet yang kita huni ini.