Awalnya Jadi Stimulan para Biksu, Ini Sejarah Teh Hijau di Kekaisaran Jepang

By Sysilia Tanhati, Jumat, 14 Juni 2024 | 08:00 WIB
Di Kekaisaran Jepang, teh hijau merupakan stimulan yang populer bagi para biksu yang bermeditasi. Bagaimana sejarahnya? (Dungthuyvunguyen/Pixabay)

Nationalgeographic.co.id—Sejarah teh hijau di Kekaisaran Jepang dimulai pada abad ke-8. Di masa itu, teh hijau merupakan stimulan yang populer bagi para biksu yang bermeditasi.

Lalu bagaimana asal-usul dan budi daya teh hijau di Jepang? Bagaimana teh menjadi bagian integral dari budaya Jepang?

Penulis Jepang Kakuzo Okakura dalam The Book of Tea mencatat, “Teh di zaman kita menjadi lebih dari sekadar idealisasi bentuk minuman. Teh adalah agama seni kehidupan.”

Berawal dari Bodhidharma

Dalam tradisi Tiongkok dan Jepang, penemuan teh (cha) dikaitkan dengan orang bijak India abad ke-5-6 Daruma (Bodhidharma). Ia adalah pendiri Buddhisme Chan. Daruma, menyebarkan doktrin barunya dan mendirikan Kuil Shaolin di Tiongkok timur (Shorinji bagi orang Jepang).

Di sana ia bermeditasi sambil duduk menghadap tembok selama 9 tahun. Pada akhir periode itu, kakinya makin lemah, dan, di ambang mencapai pencerahan, dia tertidur. Marah karena melewatkan langkah terakhir ini, dia merobek kelopak matanya dan melemparkannya ke tanah. Dari sini tumbuh semak, tanaman teh.

Singkat cerita, teh pun mulai menjadi salah satu minuman di Tiongkok. Caranya dengan menambahkan air panas ke daun muda, ujung daun, dan kuncup daun semak cemara Camellia sinensis.

Semak ini berasal dari perbukitan di barat daya Tiongkok dan timur laut India. Pada periode awal ini, teh dibuat dengan cara merebus “batu bata” teh yang difermentasi, dan sering ditambahkan garam.

Teh menjadi populer di kalangan biksu Buddha Zen karena dianggap membantu meditasi dan mencegah mereka tertidur. Kandungan kafein dalam teh, meski lebih sedikit dibandingkan kopi, menjadikan minuman ini sebagai stimulan ringan.

Teh dianggap memiliki khasiat obat, bahkan mungkin membantu umur panjang seseorang. Pengujian menunjukkan bahwa tanin antioksidan dalam teh dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh.

Bagi sebagian orang, teh dianggap sebagai obat pereda mabuk, obat melemahnya penglihatan, dan bahkan obat rematik.

Baca Juga: Da-Hong Pao, Teh Termahal di Dunia dari Dinasti Ming, 'Tembus' Belasan Miliar Rupiah