Penelitian arkeologi di situs-situs seperti Ribe di Denmark dan Hedeby di Denmark, yang menunjukkan bukti perdagangan dan permukiman Viking yang terstruktur dan damai, memperkuat argumen Downham.
Bukti-bukti arkeologi dan teks-teks sejarah alternatif mengungkap sisi lain Viking yang jarang terungkap: keahlian mereka dalam berdagang, diplomasi, dan membangun permukiman di wilayah baru.
Viking adalah pelaut dan pedagang ulung yang menjelajahi jaringan sungai dan lautan Eropa, mencapai wilayah yang kini menjadi Rusia, Islandia, Greenland, bahkan Amerika Utara.
Mereka memperdagangkan barang-barang mewah seperti sutra dari Byzantium, perak dari Arab, bulu dari Rusia, dan budak dari seluruh Eropa.
Piagam-piagam kuno dan korespondensi dari Alcuin, seorang cendekiawan terkemuka di masa itu, mengindikasikan interaksi damai dan negosiasi yang terjalin antara Viking dengan komunitas lain.
Salah Kaprah Budaya Popular
Jose Solis, penulis di The Vedas, menyoroti kompleksitas budaya Viking yang melampaui citra mereka sebagai mesin perang.
"Mitologi dan agama Nordik adalah bagian penting dari masyarakat Viking. Kepercayaan mereka pada banyak dewa seperti Odin, Thor, dan Freyja memengaruhi kehidupan sehari-hari dan ritual mereka serta kisah-kisah yang diwariskan dari generasi ke generasi," tulisnya.
Sistem kepercayaan dan mitologi yang kaya, yang tercermin dalam mitologi Norse dan saga-saga Islandia. Hal ini menjadi bagian integral dari peradaban Viking, membentuk pandangan dunia, nilai-nilai, dan seni mereka.
Sayangnya, beberapa mitos tentang Viking terlanjur mengakar kuat dalam benak masyarakat.
Baca Juga: Apa Tujuan Wanita Viking Memodifikasi Bentuk Kepala Jadi Lonjong?