Para penjaga segera mengumumkan percobaan penculikan ini. Keesokan harinya sekitar 300.000 orang Tibet mengepung Istana Potala untuk melindungi pemimpin mereka. PLA memindahkan artileri ke berbagai biara besar dan istana musim panas Dalai Lama, Norbulingka.
Kedua belah pihak mulai melakukan serangan. Meski tentara Tibet jauh lebih kecil dibandingkan musuhnya dan persenjataannya pun buruk.
Pasukan Tibet berhasil mengamankan rute bagi Dalai Lama untuk melarikan diri ke India pada 17 Maret. Pertempuran sesungguhnya dimulai pada 19 Maret. Pertempuran itu hanya berlangsung selam 2 hari sebelum pasukan Tibet dikalahkan.
Apa yang Terjadi Setelah Pemberontakan Tibet Tahun 1959?
Sebagian besar Lhasa hancur pada tanggal 20 Maret 1959. Diperkirakan 800 peluru artileri telah menghantam Norbulingka dan tiga biara terbesar di Lhasa rata dengan tanah. Pihak Tiongkok menangkap ribuan biksu dan mengeksekusi sebagian besar dari biksu-biksu yang ditangkap. Biara dan kuil di seluruh Lhasa dijarah.
Anggota pengawal Dalai Lama yang tersisa dieksekusi di depan umum oleh regu tembak.
Pada saat sensus tahun 1964, 300.000 warga Tibet “hilang”, entah secara diam-diam dipenjara, dibunuh, atau diasingkan.
Beberapa hari setelah pemberontakan tahun 1959, pemerintah Tiongkok mencabut sebagian besar aspek otonomi Tibet. Tiongkok memulai pendudukan kembali serta pembagian tanah di seluruh negeri. Dalai Lama tetap berada di pengasingan sejak saat itu.
Pemerintah pusat Tiongkok memprakarsai “Program Pembangunan Tiongkok Barat” pada tahun 1978. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk melemahkan populasi Tibet dan menyediakan lapangan kerja bagi orang Tionghoa Han.
Sebanyak 300.000 warga Han kini tinggal di Tibet, 2/3 di antaranya berada di ibu kota. Sebaliknya, populasi Tibet di Lhasa hanya berjumlah 100.000 jiwa. Etnis Tionghoa memegang sebagian besar jabatan pemerintahan.
Kembalinya Panchen Lama
Beijing mengizinkan Panchen Lama, orang kedua dalam agama Buddha Tibet, untuk kembali ke Tibet pada tahun 1989. Ia segera memberikan pidato di hadapan 30.000 umat Buddha, mengecam kerugian yang terjadi terhadap Tibet di bawah pemerintahan Tiongkok. Ironisnya, Panchen Lama meninggal 5 hari kemudian pada usia 50 tahun, diduga karena serangan jantung hebat.
Kematian di Penjara Drapchi, 1998
Pada tanggal 1 Mei 1998, pejabat Tiongkok di Penjara Drapchi di Tibet memerintahkan tahanan untuk berpartisipasi dalam upacara pengibaran bendera Tiongkok.
Beberapa tahanan mulai meneriakkan slogan-slogan anti-Tiongkok dan pro-Dalai Lama. Penjaga penjara melepaskan tembakan ke udara sebelum mengembalikan semua tahanan ke sel.
Para tahanan kemudian dipukuli dengan kejam menggunakan ikat pinggang, popor senapan, dan pentungan plastik. Bahkan beberapa tahanan dimasukkan ke dalam sel isolasi selama berbulan-bulan.
3 hari kemudian, administrasi penjara memutuskan untuk mengadakan upacara pengibaran bendera lagi. Sekali lagi, beberapa tahanan mulai meneriakkan slogan-slogan. Petugas penjara bereaksi dengan lebih brutal lagi. 8 biksu dan satu penjahat laki-laki dibunuh oleh para penjaga. Seorang pria tertembak; sisanya dipukuli sampai mati.
Pemberontakan 2008
Pada tanggal 10 Maret 2008, masyarakat Tibet memperingati 49 tahun pemberontakan tahun 1959. Mereka melakukan protes damai atas pembebasan biksu dan biksuni yang dipenjara. Polisi Tiongkok kemudian membubarkan protes tersebut dengan gas air mata dan tembakan.
Protes berlanjut selama beberapa hari, akhirnya berubah menjadi kerusuhan. Kemarahan warga Tibet dipicu oleh laporan bahwa biksu dan biksuni yang dipenjara dianiaya atau dibunuh di penjara.
Warga Tibet yang marah menggeledah dan membakar toko-toko imigran etnis Tionghoa di Lhasa dan kota-kota lain. Media resmi Tiongkok menyebutkan 18 orang tewas oleh para perusuh.
Tiongkok segera memutus akses ke Tibet bagi media dan wisatawan asing.
Kerusuhan menyebar ke provinsi tetangga Qinghai (Inner Tibet), Gansu, dan Provinsi Sichuan. Pemerintah Tiongkok melakukan tindakan keras dengan mengerahkan sebanyak 5.000 tentara. Laporan menunjukkan bahwa militer membunuh antara 80 dan 140 orang dan menangkap lebih dari 2.300 warga Tibet.
Kerusuhan ini terjadi pada saat yang sensitif bagi Tiongkok. Saat itu, Tiongkok sedang mempersiapkan diri untuk Olimpiade Musim Panas 2008 di Beijing.
Situasi di Tibet menyebabkan meningkatnya pengawasan internasional terhadap seluruh catatan hak asasi manusia di Beijing. Peristiwa itu pun menyebabkan beberapa pemimpin asing memboikot upacara pembukaan Olimpiade. Pembawa obor Olimpiade di seluruh dunia disambut oleh ribuan pengunjuk rasa hak asasi manusia.
Masa Depan Hubungan Tibet dan Tiongkok
Tibet dan Tiongkok memiliki hubungan yang panjang, penuh dengan kesulitan dan perubahan.
Kadang-kadang, keduanya bekerja sama secara erat. Di lain waktu, mereka berperang.
Saat ini, Kerajaan Tibet belum ada. Tidak ada satu pun pemerintah asing yang secara resmi mengakui pemerintah Tibet di pengasingan.
Namun, masa lalu mengajarkan kita bahwa situasi geopolitik tidak ada artinya dan bisa berubah-ubah. Mustahil untuk memprediksi di mana posisi Tibet dan Tiongkok, secara relatif satu sama lain, 100 tahun dari sekarang.