Sinisisasi Islam di China: Kebebasan Beragama yang Terkendali

By Ade S, Senin, 1 Juli 2024 | 10:03 WIB
Masjid Agung Xian. Meskipun konstitusi China menjamin kebebasan beragama bagi warga negara, pelaksanaan kebijakan dan pengawasan ketat tetap berlangsung. (chensiyuan)

Nationalgeographic.co.id—Penguasa China selalu ketat mengendalikan urusan keagamaan, dan saat ini negara ini mengekang praktik Islam dengan ketat.

Meskipun konstitusi China menjamin “kebebasan beragama” bagi warga negara, pelaksanaan kebijakan dan pengawasan ketat tetap berlangsung.

Masjid Pertama di Abad ke-7

Xian, sebagai titik akhir Jalur Sutera kuno, telah menyaksikan pertukaran internasional yang intensif sejak abad ke-7 selama Dinasti Tang.

Penguasa Tang memerintahkan biksu Xuanzang untuk membawa teks-teks Buddha Mahayana dari India ke Tiongkok. Teks-teks ini lalu diterjemahkan dari bahasa Sanskerta ke bahasa Tionghoa.

"Seperti Islam, Buddhisme juga merupakan impor ke Tiongkok," demikian menurut Dang Yuan di laman DW.

Para pejuang pertama agama Muslim mencapai Tiongkok melalui jalur laut. Sa'd bin Abi Waqqas, seorang sahabat Nabi Muhammad, bertemu dengan kaisar Tang pada tahun 651. Dia lalu mendapatkan izin kekaisaran untuk membangun masjid pertama di negara ini.

Masjid Agung Xian, yang tidak jauh dari kediaman kekaisaran, juga dikatakan dibangun sekitar waktu ini.

Pedagang Arab juga datang ke kota ini dari barat melalui Asia Tengah yang dipengaruhi oleh Islam. Mereka membawa barang-barang mewah dan gagasan asing bersama mereka. Saat ini, masjid tersebut terletak di sebelah pasar di tengah kawasan Muslim.

Kendali Penguasa atas Agama di China

Saat ini, sekitar 17 juta Muslim tinggal di China, menurut lembaga kumpulan pemikir berbasis di Washington, Pew Research. Sebagian besar dari mereka adalah Syiah.

Baca Juga: Kala Dinasti Ming Dorong Malaka Masuk Islam Demi Bisa Tekan Majapahit