Istilah partenogenesis berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yang secara harfiah berarti "penciptaan perawan". Fenomena ini menunjukkan keajaiban alam dan kemampuan adaptasi luar biasa yang dimiliki oleh beberapa hewan untuk melestarikan keturunannya, bahkan tanpa kawin.
Bagaimana "kelahiran perawan" bekerja?
Berbeda dengan reproduksi seksual yang membutuhkan pertemuan sel telur dan sperma, partenogenesis memiliki cara unik untuk menghasilkan keturunan tanpa peran sperma. Proses ini diawali dengan pembentukan sel telur melalui proses meiosis yang kompleks di dalam indung telur.
Meiosis melibatkan duplikasi sel telur, penyusunan ulang materi genetik, dan pemisahan diri menjadi sel telur baru.
Uniknya, sel telur hasil meiosis ini hanya mengandung setengah dari kromosom induknya, di mana setiap kromosom hanya memiliki satu salinan (disebut sel haploid, berbeda dengan sel diploid yang memiliki dua salinan kromosom).
Proses meiosis juga menghasilkan produk sampingan berupa sel kecil yang disebut badan kutub (polar body), yang tidak ditemukan pada sel telur yang dibuahi.
Dalam automixis, salah satu bentuk partenogenesis, sel telur dapat bergabung dengan badan kutub untuk menghasilkan keturunan. Proses ini, yang pernah diamati pada hiu, menghasilkan sedikit perubahan pada susunan genetik induk, sehingga keturunan yang dihasilkan mirip namun bukan kloning sempurna.
Bentuk lain dari partenogenesis adalah apomixis. Dalam proses ini, sel reproduksi berkembang biak melalui mitosis, di mana sel induk menduplikasi diri menjadi dua sel diploid yang identik secara genetik (seperti proses copy-paste).
Karena sel-sel ini tidak melalui meiosis yang berfungsi "mencampur" gen, maka keturunan yang dihasilkan melalui apomixis adalah kloning sempurna dari induknya. "Bentuk partenogenesis ini lebih umum terjadi pada tumbuhan," ujar Wetzel.
Bagi sebagian besar organisme yang bereproduksi melalui automixis, keturunannya biasanya memiliki dua kromosom X yang diwarisi dari induk betina. Dua kromosom X, yang merupakan penentu utama jenis kelamin, hanya menghasilkan keturunan berjenis kelamin betina.
Namun, dalam kasus yang jarang terjadi, hewan seperti kutu daun dapat menghasilkan keturunan jantan fertil yang secara genetik identik dengan induknya kecuali tidak memiliki kromosom X kedua.
Baca Juga: Dunia Hewan: Bagaimana Ikan Badut Bisa Mengubah Jenis Kelaminnya?