Aksi Prometheus 'Menciptakan Kembali' Yunani Kuno Usai Perang Persia

By Muflika Nur Fuaddah, Kamis, 8 Agustus 2024 | 20:00 WIB
Ilustrasi Perang Persia. Segala keagungan budaya Athena kemudian diluluh-lantakkan oleh Persia. (persiansarenotarabs.com)

"Atlet pemawa obor telah aku atur satu demi satu secara berurutan untuk menyelesaikan lintasannya, ia yang menang adalah yang larinya paling awal sekaligus akhir."

Perlombaan obor juga menghubungkan Prometheus dengan satir, makhluk setengah manusia setengah kuda, dan dewa Dionysus yang dikelilingi 'maenad' atau nimfa-nya.

Bagian atas badan satir serupa manusia bertelinga runcing dengan bawahan tubuh kuda.

Makhluk mitologi ini digambarkan punya alat kelamin besar yang selalu tegang dan lebih mirip alat kelamin milik keledai ketimbang manusia.

Sifat kebinatangannya juga mengerikan dan kelakuannya mirip aspek kunci budaya manusia (makan, minum, hubungan badan). Sosoknya juga muncul dalam konteks kepercayaan, permainan, dan berbagai praktik keagamaan.

Satir merupakan makhluk di batas ambang dunia manusia dan hewan. Mereka membesar-besarkan humor untuk mengkritik lembaga dan ritual manusia.

Mereka adalah tukang lawak yang nakal dan rakus, wajar jika orang Athena menyeret mereka dalam mitos Prometheus.

Ahli sejarah Prancis François Lissarrague menyebut fungsi satir adalah mempertanyakan tingkah laku budaya manusia.

"Sebagai tokoh penipu lokal Athena, mereka punya pandangan unik tentang pemberian api oleh Prometheus untuk orang Athena," ujarnya.

Prometheus, Api, dan Warga Athena Abad ke-5 SM

Perayaan api menjadi inti dari kultus Prometheus, ia dirayakan baik sebagai pencipta perabadan juga sekaligus penghancur.

Baca Juga: Prometheus vs Zeus: Pertarungan Logika dalam Mitologi Yunani Kuno