Nationalgeographic.co.id—Dunia hewan adalah sebuah perpustakaan raksasa yang menyimpan jutaan cerita menarik.
Salah satu cerita yang paling menarik adalah tentang perbedaan antara kera dan monyet. Meskipun keduanya termasuk dalam ordo Primates, namun terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara keduanya.
Perbedaan ini tidak hanya terletak pada ciri-ciri fisik seperti bentuk tubuh dan ukuran otak, tetapi juga pada perilaku sosial, habitat, dan cara mereka beradaptasi dengan lingkungan.
Artikel ini akan mengupas tuntas perbedaan-perbedaan tersebut, sehingga Anda dapat memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif tentang dunia primata.
Namun, sebelumnya, mari kita membahas tentang ordo Primates, tempat kedua hewan tersebut tergabung, terlebih dahulu.
Maestro dari dunia binatang
Dunia hewan menyimpan segudang keajaiban, dan salah satu kelompok yang paling memikat perhatian adalah primata. Kelompok mamalia ini, yang mencakup lemur yang lincah, loris yang misterius, tarsius bermata besar, monyet yang ceria, kera yang kuat, dan tentunya kita, manusia, memiliki keunikan yang tak tertandingi.
Tergabung dalam ordo Primates, seperti dilansir dari Britannica, primata telah berhasil mengevolusi menjadi lebih dari 500 spesies berbeda. Keberagaman ini menempatkan mereka sebagai ordo mamalia ketiga terbesar setelah pengerat (Rodentia) dan kelelawar (Chiroptera).
Posisi ini menunjukkan betapa suksesnya primata dalam beradaptasi dengan berbagai lingkungan di seluruh dunia.
Meskipun terlihat sangat berbeda satu sama lain, semua primata berbagi ciri-ciri anatomi dan fungsi yang unik, yang mencerminkan asal usul nenek moyang mereka yang sama. Otak primata, dibandingkan dengan berat badannya, lebih besar daripada mamalia darat lainnya.
Mereka juga memiliki celah khusus pada otak yang tidak ditemukan pada mamalia lain, yaitu sulkus kalkarin. Celah ini memisahkan area visual pertama dan kedua di setiap sisi otak, yang berperan penting dalam pemrosesan penglihatan.
Ciri khas lain dari primata adalah kuku pipih pada jari-jarinya. Hal ini berbeda dengan mamalia lain yang umumnya memiliki cakar atau kuku yang lebih melengkung. Bahkan pada primata yang memiliki cakar, seperti beberapa lemur dan tarsius, mereka tetap memiliki kuku pipih pada jempol kakinya (hallux).
Jempol kaki ini, kecuali pada manusia, terpisah dari jari-jari kaki lainnya dan dapat dirapatkan bersama untuk membentuk penjepit. Penjepit ini berguna untuk memegang objek seperti cabang pohon saat memanjat.
Namun, kemampuan tangan untuk menggenggam objek dengan presisi tidak dimiliki oleh semua primata. Hanya kera Dunia Lama (termasuk monyet Dunia Lama, kera besar, dan manusia), serta beberapa lemur dan loris, yang memiliki jempol yang bisa berlawanan dengan jari-jari lainnya.
Meskipun kaki berpegangan tidak eksklusif dimiliki oleh primata, kehadirannya pada banyak primata menunjukkan adaptasi mereka terhadap kehidupan arboreal (di pepohonan).
Tupai dan opossum, yang juga hidup di pepohonan, memiliki kemampuan serupa. Ciri ini mendukung dugaan bahwa primata berevolusi dari nenek moyang yang hidup di pepohonan.
Selain kaki berpegangan, primata memiliki ciri khusus lainnya yang mendukung kehidupan arboreal. Mereka memiliki reseptor sentuhan yang sensitif (corpus Meissner) di tangan dan kaki, yang tidak ditemukan pada mamalia plasenta lain. Kepekaan sentuhan yang tinggi ini penting untuk navigasi yang aman dan akurat di antara cabang-cabang pohon.
Ciri lain yang dimiliki primata dan banyak mamalia arboreal lainnya adalah dermatoglifi, yaitu tonjolan kulit yang kita kenal sebagai sidik jari. Meskipun fungsinya pada primata belum sepenuhnya dipahami, dermatoglifi mungkin berperan dalam meningkatkan cengkeraman saat memanjat.
Sayangnya, keberlangsungan hidup primata saat ini terancam. Populasi sekitar 75% spesies primata mengalami penurunan, dan lebih dari setengahnya dikategorikan sebagai spesies terancam atau bahkan telah punah.
Ancaman terbesar bagi primata adalah kerusakan dan hilangnya habitat akibat aktivitas manusia seperti penebangan hutan, pertambangan, perluasan kota, dan konversi lahan alami menjadi pertanian dan peternakan.
Selain kehilangan habitat, primata juga menghadapi ancaman dari perburuan, baik untuk dikonsumsi maupun untuk diperdagangkan sebagai hewan peliharaan.
Perdagangan ilegal bagian tubuh primata, seperti kulit atau organ tubuh, juga menjadi masalah serius. Selain itu, beberapa spesies primata rentan terhadap penyakit yang menular dari manusia.
Baca Juga: Dunia Hewan: Bagaimana Pygmy Marmoset Bisa Jadi Monyet Terkecil di Dunia?
Monyet dan kera: Saudara jauh yang berbeda
Monyet dan kera, dua kelompok hewan yang sering dianggap sama, sebenarnya memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Meskipun keduanya termasuk dalam keluarga besar primata, namun keduanya menempati cabang evolusi yang berbeda.
Lantas, apa saja perbedaan antara monyet dan kera? Mari kita bahas lebih lanjut.
* Ekor
"Salah satu cara paling mudah untuk membedakan monyet dan kera adalah dengan melihat ekornya," papar Sara Mihalek di laman Pasa.org. Monyet umumnya memiliki ekor yang panjang dan lentur.
Ekor ini sangat berguna bagi mereka untuk berayun di antara cabang pohon atau menjaga keseimbangan saat bergerak. Sementara itu, kera sebagian besar tidak memiliki ekor atau memiliki ekor yang sangat pendek.
* Bentuk tubuh
Perbedaan lain yang cukup mencolok adalah bentuk tubuh. Kera cenderung memiliki tubuh yang lebih kekar dengan dada yang lebar. Wajah mereka juga cenderung lebih datar dan tanpa bulu yang mencolok.
Sebaliknya, monyet memiliki tubuh yang lebih ramping dengan dada yang lebih sempit. Banyak monyet juga memiliki bulu di wajah mereka yang memberikan penampilan yang unik.
* Cara bergerak
Cara bergerak juga bisa menjadi petunjuk untuk membedakan keduanya. Monyet seringkali bergerak dengan cara melompat dari cabang ke cabang atau berjalan dengan menggunakan keempat anggota tubuhnya.
Baca Juga: Kenapa Tidak Semua Primata Berevolusi Menjadi Manusia?
Beberapa jenis monyet memiliki ekor yang dapat menggenggam, sehingga mereka bisa menggunakan ekornya untuk membantu mereka berayun di antara pohon.
Kera juga dapat berjalan dengan empat kaki, namun mereka juga sering berjalan dengan dua kaki (bipedalisme) seperti kita. "Selain itu, kera juga sering menggunakan tangan mereka untuk berayun di antara cabang pohon, sebuah gerakan yang disebut brachiation," ungkap Mihalek.
* Tempat tinggal
Tiga spesies kera besar hidup di Afrika: simpanse, gorila timur, gorila barat, dan bonobo. Spesies kera besar kelima, orangutan, hanya ditemukan di Asia Tenggara. Kera kecil, seperti gibbon dan siamang, hidup di Afrika dan Asia. Spesies ini disebut kecil hanya karena ukurannya.
Monyet sedikit lebih tersebar, dinamai sesuai tempat tinggalnya – monyet dunia lama hidup di Afrika dan Asia, sementara monyet dunia baru hidup dari Meksiko hingga Amerika Selatan.
* Otak
Salah satu perbedaan paling mencolok adalah ukuran otak mereka relatif terhadap ukuran tubuh. Kera umumnya memiliki rasio otak terhadap tubuh yang lebih besar dibandingkan monyet. Otak yang lebih besar ini memungkinkan kera memiliki kemampuan kognitif yang lebih tinggi.
Oleh karena itu, kecerdasan kera seringkali terlihat dalam kemampuan mereka memecahkan masalah dan menggunakan alat. Jane Goodall, seorang primatolog terkenal, pertama kali mengamati simpanse menggunakan alat di Gombe pada tahun 1960.
Simpanse menggunakan batang pohon sebagai alat untuk menangkap serangga atau menggali akar. Kemampuan menggunakan alat ini menunjukkan tingkat kecerdasan yang sangat tinggi.
* Komunikasi
Baik monyet maupun kera adalah hewan sosial. Mereka berkomunikasi menggunakan berbagai cara, seperti suara, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh.
Namun, kera cenderung memiliki struktur sosial yang lebih kompleks dan hierarki yang lebih jelas. Mereka juga memiliki kemampuan untuk belajar dan meniru perilaku satu sama lain.
* Sarang
Perbedaan lain yang menarik adalah kebiasaan tidur mereka. "Monyet seringkali tidur di cabang pohon. Sementara itu, kera membangun sarang setiap malam," jelas Mihalek.
Mereka mengumpulkan ranting, daun, dan bahan-bahan lainnya untuk membuat tempat tidur yang nyaman. Kebiasaan membangun sarang ini menunjukkan kemampuan perencanaan dan adaptasi terhadap lingkungan.
Melalui pemahaman yang mendalam tentang perbedaan antara kera dan monyet, kita dapat lebih mengapresiasi kompleksitas dunia hewan. Pengetahuan ini tidak hanya memuaskan rasa ingin tahu kita, tetapi juga penting dalam upaya konservasi dan pelestarian kedua spesies tersebut.