Sejarah Dunia: Kisah Tragis Pembantaian Keluarga Kerajaan Nepal

By Sysilia Tanhati, Sabtu, 10 Agustus 2024 | 18:00 WIB
Pembantaian anggota Kerajaan Nepal tahun 2001 merupakan tragedi keluarga dan konstitusional yang dilakukan oleh Putra Mahkota Nepal. (Jochen Reier/CC BY-SA 4.0)

Artikel tersebut menyatakan bahwa Dipendra mungkin adalah anggota Keluarga kerajaan Nepal pertama yang tidak menikah saat usianya mendekati 30 tahun. Artikel tersebut juga berpendapat bahwa masyarakat Nepal ingin merayakan pernikahannya segera dan dengan cara yang paling megah.

Namun, Dipendra tampaknya telah memutuskan untuk tidak menikah jika ia tidak dapat menikahi wanita yang dicintainya. Hal ini merupakan salah satu alasan yang sering dikaitkan dengan pendorong yang menyebabkan pembantaian Keluarga kerajaan Nepal. Selain itu, perubahan konstitusional yang terjadi pada tahun 1990 juga disebut-sebut sebagai salah satu pemicunya.

Politik Nepal di abad ke-20

Pada awal tahun 1959, kakek Dipendra, Raja Mahendra, mengeluarkan konstitusi baru untuk Nepal. Pemilihan umum demokratis pertama untuk majelis nasional diadakan.

Pada tahun 1960, ia menyatakan eksperimen demokrasi tersebut gagal dan mengatakan bahwa sistem politik “tanpa partai” akan memerintah Nepal. Sistem ini tetap berlaku selama 30 tahun.

Mahendra meninggal pada tahun 1972 dan putranya Birendra (ayah Dipendra) menjadi raja. Birendra melakukan beberapa reformasi politik pada tahun 1980. Tapi tindakannya tidak cukup untuk meredam kebencian terhadap rezim otoriter dan pembatasan kebebasan partai politik.

Pada tahun 1989, partai politik ilegal Nepal bergabung untuk meluncurkan kampanye. Kampanye Gerakan Rakyat itu bertujuan untuk mencapai demokrasi multipartai di Nepal. Pemerintah menanggapi dengan menangkap beberapa pemimpin partai dan melarang semua surat kabar oposisi pada bulan Februari 1990.

Raja Birendra menyampaikan pidato radio nasional yang meminta orang-orang untuk bersatu dengan monarki. Juga untuk mengejar reformasi demokratis melalui saluran konstitusional.

Pidato Raja tersebut tidak efektif. Pada akhir Februari, 12 pengunjuk rasa tewas ketika polisi menembaki mereka dalam sebuah demonstrasi. Mahasiswa berbaris melawan polisi antihuru-hara, dan ratusan orang ditangkap.

Lebih banyak pengunjuk rasa tewas pada awal April di kota Patan. Peristiwa itu mengakibatkan gerakan sekitar 200.000 orang yang berbaris untuk memprotes monarki di ibu kota, Kathmandu.

Polisi menembak dan membunuh sejumlah pengunjuk rasa ini. Pada puncak protes ini, beberapa polisi menyaksikan para pembangkang menghancurkan properti pemerintah. “Termasuk mobil perdana menteri dan patung Raja Mahendra,” tambah Jelks. Pada tanggal 8 April, Raja Birendra mencabut larangan partai politik.

Gerakan Rakyat tahun 1990-an merancang konstitusi yang mulai berlaku pada bulan November 1990. Raja Birendra dipaksa melepaskan tanggung jawab atas keputusan pemerintah. Monarki otoriter Nepal menjadi monarki konstitusional.