Sejarah Dunia: Kisah Tragis Pembantaian Keluarga Kerajaan Nepal

By Sysilia Tanhati, Sabtu, 10 Agustus 2024 | 18:00 WIB
Pembantaian anggota Kerajaan Nepal tahun 2001 merupakan tragedi keluarga dan konstitusional yang dilakukan oleh Putra Mahkota Nepal. (Jochen Reier/CC BY-SA 4.0)

Nationalgeographic.co.id—Pesta makan malam rutin keluarga Kerajaan Nepal pada hari Jumat berakhir dengan tragedi pada tanggal 1 Juni 2001. Dalam sejarah dunia, tragedi itu mengubah keluarga kerajaan dan Nepal untuk selamanya.

Putra Mahkota Dipendra menembaki orang tua, saudara kandung, dan kerabat lainnya, menewaskan sembilan orang dan melukai empat orang. Pembantaian anggota Kerajaan Nepal merupakan pembunuhan massal terburuk terhadap keluarga kerajaan sejak pembantaian keluarga Romanov Rusia pada 1918.

Apa yang mendorong Putra Mahkota Dipendra untuk melakukan tindakan keji seperti itu?

Jumat, 1 Juni 2001: Pembantaian Keluarga Kerajaan Nepal

Pada hari Jumat, 1 Juni 2001, keluarga Kerajaan Nepal berkumpul untuk pesta makan malam keluarga. “Acara tersebut biasanya mereka lakukan dua kali sebulan pada hari Jumat,” tulis Stephanie Jelks di laman The Collector.

Yang hadir dalam jamuan makan malam itu adalah raja dan ratu, Birendra dan Aishwarya, dan ketiga anaknya. Mereka adalah Putra Mahkota Dipendra, Putri Sruti, dan Pangeran Nirajan. Yang juga hadir adalah adik laki-laki raja yang termuda beserta istri dan anak-anaknya.

Juga tiga saudara perempuan raja dan satu saudara ipar laki-laki, suami Putri Sruti, dan dua sepupu pertama raja. Adik laki-laki raja berikutnya, Pangeran Gyanendra, tidak hadir di sana. Namun istrinya, tiga putri, dan menantu laki-lakinya juga hadir.

Para saksi kemudian menyatakan bahwa Putra Mahkota Dipendra muncul di acara makan malam keluarga itu dalam keadaan mabuk. Setelah bertengkar dengan tamu lain, Putra Mahkota Dipendra dikawal kembali ke kamarnya.

Dari kamar tidurnya, Dipendra menelepon pacarnya, Devyani Rana, tiga kali. Dia kemudian memberi tahu pihak berwenang bahwa Dipendra berbicara tidak jelas. Namun, dalam percakapan ketiga, dia mengatakan kepadanya bahwa dia akan tidur.

Sayangnya, alih-alih tidur, Dipendra muncul dari kamar tidurnya dengan mengenakan seragam tentara dan membawa tiga senjata. Salah satunya adalah senapan serbu M16.

Seorang ajudan istana melihat Dipendra di puncak tangga tetapi tidak mengambil tindakan karena Dipendra dikenal sebagai kolektor senjata. Pesta makan malam itu diadakan di ruang biliar di Istana Narayanhiti. Karena itu adalah acara pribadi, tidak ada penjaga yang hadir.

Baca Juga: Mengembalikan Auman Asia, Memulihkan Habitat Harimau yang Hilang