Islam Dinasti Ghaznawiyah Gilang Gemilang di Bawah Mahmud Ghazni

By Muflika Nur Fuaddah, Minggu, 11 Agustus 2024 | 08:54 WIB
(Ilutrasi) Biografi Mahmud dari Ghazni, Sultan Pertama dalam Sejarah (Gana Islamika)

Sejumlah suku Turki lainnya telah bangkit untuk menantang kekuasaan Gaznawiyah, termasuk suku Turki Seljuk, yang telah merebut Merv (Turkmenistan) dan Nishapur (Iran).

Para penantang ini telah mulai menggerogoti pinggiran Kekaisaran Ghaznavid pada saat Mahmud meninggal pada tanggal 30 April 1030.  Sultan tersebut berusia 59 tahun.

Peninggalan

Mahmud dari Ghazni meninggalkan warisan yang beragam.

Kekaisarannya bertahan hingga tahun 1187, meskipun mulai runtuh dari barat ke timur bahkan sebelum kematiannya.

Pada tahun 1151, sultan Ghaznavid Bahram Shah kehilangan Ghazni sendiri, melarikan diri ke Lahore (sekarang di Pakistan).

Sultan Mahmud menghabiskan sebagian besar hidupnya berperang melawan apa yang disebutnya "kafir"—umat Hindu, Jain, Buddha, dan kelompok sempalan Muslim seperti Ismailiyah.

Bahkan, kaum Ismailiyah tampaknya menjadi sasaran kemarahannya, karena Mahmud (dan penguasa nominalnya, khalifah Abbasiyah) menganggap mereka sebagai bidah. 

Meskipun demikian, Mahmud dari Ghazni tampaknya menoleransi orang-orang non-Muslim selama mereka tidak menentangnya secara militer.

Catatan toleransi relatif ini berlanjut hingga ke kekaisaran Muslim berikut di India: Kesultanan Delhi (1206–1526) dan Kekaisaran Mughal (1526–1857).

Sepeninggalan Mahmud Ghazni, Dinasti Ghaznawiyah menunjukkan tanda-tanda kemunduran.

Peristiwa tersebut dikarenakan penurunan sumber pendapatan negara, bahkan sesudah Tughrul Bek, Dinasti Saljuk menguasai Khurasan dan beberapa wilayah bagian Timur memisahkan diri dari pemerintahan Dinasti Ghaznawiyah.

Pemisahan wilayah ini adalah peristiwa politik yang tidak stabil, dengan demikian sejumlah wilayah mendirikan kerajaan-kerajaan Islam kecil.

Namun, keluarga Turkestan dan Khan serta keluarga Saljuk dari Persia membagi wilayah kekuasaanya di Dinasti Ghaznawiyah.

Sedangkan, kelompok Ghuriyah dari Afghanistan menyerang kekuasaan Dinasti Ghaznawiyah.

Ketika masa kekuasaan Mas’ud ibnu Mahmud Ghazni, Dinasti Ghaznawiyah mengalami kemunduran luar biasa, sebab wilayah Khawarizm dan Khurasan jatuh ke tangan Saljuk.

Sekitar abad ke-11 M, Mas’ud disibukan dengan peperangan melawan kekuatan Bani Saljuk yang ingin menguasai Afghanistan Barat dan Sijistan.

Sejak tahun 1040-1059 M peperangan berlangsung terus-menerus antara Bani Saljuk dengan Dinasti Ghaznawiyah.

Perdamaian antara Dinasti Saljuk dengan Dinasti Ghaznawiyah terjadi sesudah Bani Ibrahim berkuasa.

Perjanjian tersebut berlangsung selama setengah abad.

Isi perjanjian tersebut ialah Ibrahim harus menyerahkan wilayah Afghanistan Barat kepada Bani Saljuk, sehingga wilayah wilayah kekuasaan Ghaznawiyah hanya mencakup wilayah India Utara dan Afghanistan bagian Timur.