Sejarah Dunia: Lembaran Hitam Monkeypox yang Mengancam Global

By Tri Wahyu Prasetyo, Kamis, 15 Agustus 2024 | 17:00 WIB
cacar monyet merupakan penyakit zoonosis. Artinya penyakit ini dapat ditularkan dari hewan ke manusia dan sebaliknya. (Brian W.J. Mahy/CDC's Public Health Library)

Nationalgeographic.co.id—Sejarah penyakit monkeypox (cacar monyet) adalah kisah yang panjang dan kompleks, yang sering kali terabaikan oleh sejarah dunia.

Penyakit ini pertama kali diidentifikasi pada tahun 1958 di sebuah koloni monyet di Kopenhagen, Denmark. Namun, tidak seperti namanya, monyet bukanlah inang utama dari virus ini.

"Monyet (dan manusia) hanyalah inang insidental dari penyakit ini, yang diperkirakan ditemukan terutama pada hewan pengerat," tulis Simar Bajaj dalam artikelnya di Smithsonian Magazine.

Penyakit ini lebih sering ditemukan di negara-negara Afrika Tengah dan Barat, di mana ia menjadi endemik. Namun, hingga baru-baru ini, monkeypox jarang ditemukan di Eropa dan Amerika, yang menyebabkan para pejabat kesehatan masyarakat Barat sering mengabaikan penyebarannya di tempat lain.

Penemuan dan penyebaran awal

Partikel dalam virus cacar monyet. (Public Domain)

Pada tahun 1970, kasus pertama monkeypox pada manusia diidentifikasi pada seorang anak laki-laki berusia sembilan bulan di Republik Demokratik Kongo. Selama dekade berikutnya, WHO melaporkan 54 kasus antara tahun 1970 dan 1979, dan 338 kasus antara tahun 1981 dan 1986.

"Peningkatan ini mungkin merupakan hasil dari peningkatan pengawasan dan identifikasi kasus," jelas Bajaj.

Meskipun cakupan vaksinasi cacar yang tinggi selama periode ini, kasus monkeypox terus meningkat, terutama di Afrika, di mana puluhan ribu kasus dilaporkan selama 30 tahun terakhir.

Di Amerika Serikat, monkeypox baru menjadi perhatian serius pada tahun 2003 ketika terjadi wabah yang melibatkan 71 kasus. 

Wabah ini dimulai ketika Schyan Kautzer, seorang anak perempuan berusia tiga tahun, terinfeksi setelah digigit oleh anjing padang rumput peliharaannya.

Baca Juga: Cacar Monyet: Bisakah Kita Selamat Jika Sudah Terinfeksi Virus Mpox?

Seperti yang dikatakan oleh ibu Kautzer kepada Washington Post, “Gigitan di jarinya terus membesar dan membesar. Yang dia lakukan hanyalah tidur atau menangis. Dia tidak bisa makan apapun. Kelenjar-kelenjar di lehernya membengkak hingga Anda bisa melihatnya menyembul keluar.”

Wabah ini disebabkan oleh tikus besar Gambian yang diimpor dari Ghana dan ditempatkan di sebelah pengiriman anjing. Setelah CDC melarang impor hewan pengerat Afrika ke AS, wabah ini dengan cepat dikendalikan dan dilupakan.

Sementara itu, di Indonesia, kasus monkeypox pertama kali tekonfirmasi pada tahun 2022. Ia merupakan seorang laki-laki berusia 27 tahun, dengan riwayat perjalanan ke Belanda, Swiss, Belgia dan Perancis sebelum tertular.

"Setelah berkonsultasi ke beberapa fasilitas kesehatan, pasien masuk ke salah satu rumah sakit milik Kementerian Kesehatan pada tanggal 18 Agustus dan hasil test PCR pasien terkonfirmasi positif pada malam hari tanggal 19 Agustus," seperti dilaporkan oleh Sehat Negeriku, Kementerian Kesehatan RI.

Dampak global dan letidakadilan kesehatan

Meskipun sebagian besar negara di dunia berhasil menghindari wabah monkeypox, negara-negara Afrika tidak seberuntung itu.

Antara November 2005 dan November 2007, kasus monkeypox di Kongo meningkat 20 kali lipat dibandingkan dengan tahun 1980-an.

Di Nigeria, wabah parah terjadi pada tahun 2017, hampir 40 tahun setelah kasus terakhir dilaporkan di negara tersebut.

"Mengapa Barat harus peduli?" tanya Bajaj, menyoroti bagaimana penyakit ini sering diabaikan oleh negara-negara yang belum terpengaruh.

Ketidakadilan dalam akses terhadap vaksin dan sumber daya kesehatan global menjadi faktor utama dalam penyebaran berkelanjutan virus ini di Afrika.

"Keberadaan virus yang terus berlanjut di Afrika sebagian besar disebabkan oleh akses yang tidak merata ke persediaan vaksin global dan sumber daya perawatan kesehatan," tulis Bajaj.

Baca Juga: Cacar Monyet Virus Zoonosis, Bukan Penyakit dari Hubungan Homoseksual

Penyakit ini, meskipun lebih umum di Afrika, tidak seharusnya digambarkan sebagai "penyakit Afrika," karena hal ini dapat menimbulkan stigma dan diskriminasi.

Pelajaran dari sejarah dan tantangan masa depan

Sejarah monkeypox tidak dapat dipisahkan dari sejarah cacar, salah satu penyakit paling mematikan dalam sejarah manusia.

Cacar diyakini pertama kali muncul sekitar 10.000 SM dan telah membunuh lebih dari 300 juta orang di seluruh dunia pada abad ke-20 saja.

Upaya untuk mencegah penyebaran virus ini telah dilakukan oleh berbagai komunitas di Afrika, India, Cina, Turki, dan negara-negara non-Barat lainnya jauh sebelum inokulasi diperkenalkan di Eropa pada awal abad ke-18.

Namun, meskipun ada sejarah panjang dan pengetahuan yang telah dikumpulkan oleh para ilmuwan Afrika, monkeypox tetap menjadi penyakit yang kurang dipahami dan sering kali diabaikan dalam sejarah dunia.

Penyakit ini, yang diyakini telah beredar selama ribuan tahun, kini menjadi perhatian global karena penyebarannya yang lebih cepat dan luas.

" ... respons monkeypox global telah dipenuhi dengan masalah lain, termasuk pelaporan yang tidak memadai, hambatan pengujian, dan perseteruan CDC-WHO," jelas Bajaj.

Para ahli juga khawatir bahwa cacar monyet dapat “mengambil tempat tinggal permanen di satwa liar di luar Afrika,” membuat wabah lebih sering terjadi dan berpotensi menciptakan varian baru.

Dalam menghadapi tantangan ini, penting bagi kita untuk belajar dari sejarah dan memastikan bahwa respons kita terhadap penyakit ini tidak hanya berfokus pada negara-negara yang terkena dampak langsung, tetapi juga memperhatikan ketidakadilan kesehatan global yang mendasarinya.