Salah Kaprah Citra Wanita 'Mematikan' dalam Mitologi Yunani

By Sysilia Tanhati, Jumat, 23 Agustus 2024 | 12:00 WIB
Femme fatale atau wanita mematikan berakar dari mitologi Yunani. Beberapa wanita yang dianggap femme fatale kerap disalahartikan secara serius. (Public Domain)

Nationalgeographic.co.id—Femme fatale atau “wanita mematikan” adalah pola dasar karakter yang ditemukan di berbagai budaya dan mitologi. Pola yang ceritanya begitu melimpah dalam mitologi Yunani tersebut umumnya berkisah tentang seorang wanita yang cantik tapi mematikan.

Berikut adalah enam contoh dari banyak femme fatale yang dikisahkan dalam mitologi Yunani.

Medusa

Salah satu dari tiga gorgon, Medusa dapat mengubah manusia menjadi batu dengan menatap mata mereka. Ia digambarkan oleh Aeschylus sebagai “dengan rambut ular” dan menyimpan “kebencian yang mendalam terhadap manusia biasa”.

Namun, dalam penceritaan ulang mitos selanjutnya, ia digambarkan sebagai wanita cantik sekaligus mengerikan. Misalnya, dalam tulisannya pada tahun 490 SM, Pindar memberinya julukan “berpipi cerah”.

Seperti yang dinyatakan Ovid dalam Metamorphoses, Medusa adalah seorang gadis cantik hingga Neptunus (Poseidon) memerkosanya di kuil Minerva (Athena). Kemudian Minerva mengubahnya menjadi gorgon yang mengerikan sebagai hukuman atas penodaan kuilnya.

Salah satu dari tiga gorgon, Medusa dapat mengubah manusia menjadi batu dengan menatap mata mereka. (Wikimedia Commons)

Namun, mengingat latar belakang ini, tidak sulit untuk mengartikan Medusa sebagai korban, Poseidon dan Athena. Athena bahkan membantu Perseus memenggal kepala Medusa dengan memberinya perisai cermin. Perisai itu memungkinkannya untuk melihat Medusa tanpa memandang matanya secara langsung.

Pada saat kematiannya di tangan Perseus, Medusa sedang mengandung anak Poseidon. “Kuda bersayap Pegasus dan raksasa Chrysaor lahir dari tubuhnya yang telah mati,” tulis Catherine Dent di laman The Collector.

Helen dari Troya

Ia kadang-kadang dikenal sebagai Helen dari Argos atau Helen dari Sparta. Perang Troya-lah yang memastikan Helen dari Troya tetap terkenal.

Baca Juga: Selidik Pedang-Pedang Legendaris dari Mitologi Yunani hingga Jepang

Helen adalah putri dari wanita fana Leda, yang mengandung Helen setelah diperkosa oleh Zeus dalam bentuk angsa. Helen terkenal karena kecantikannya.

Suatu hari, Paris diminta untuk memutuskan siapa yang tercantik di antara Hera, Athena, dan Aphrodite. Aphrodite berjanji untuk memberinya Helen, wanita tercantik di dunia, jika ia memilihnya. Tentu saja, Paris menerima suap dewi cinta, sehingga memicu Perang Troya.

Paris dari Troya dikenal karena peran pentingnya dalam Perang Troya yang legendaris di mitologi Yunani. Penculikannya terhadap Helen menyebabkan perang satu dekade merugikan banyak pihak. (Giuseppe Angeli)

Tidak jelas apakah Paris menculik Helen atau apakah ia kawin lari dengannya dengan sukarela. Dalam Iliad karya Homer, yang berfokus pada Perang Troya, Helen ditampilkan sebagai orang yang menyesal dan pasif.

Namun, pada beberapa vas kuno Athena yang masih ada, Menelaus digambarkan mengacungkan pedang. Suaminya itu seakan mengancam dan berpotensi melakukan kekerasan terhadapnya. Sementara pada vas lain karya Makron, Paris mencengkeram pergelangan tangannya seperti borgol, yang menunjukkan keengganannya saat ditangkap.

Namun, Paris bukanlah orang pertama yang menculiknya. Di masa mudanya, ia memiliki banyak pelamar dan diculik oleh Theseus, pendiri dan Raja Athena.

Ketika Helen cukup dewasa untuk menikah, Tyndareus (suami Leda) berhati-hati dalam memilih seorang suami untuknya. Ia tidak ingin menyinggung pelamar lainnya dan menciptakan musuh untuk dirinya sendiri.

Atas saran Odysseus, semua pelamar Helen bersumpah untuk membantu pemenang jika ada yang menculik Helen atau bertengkar dengannya. Menelaus kemudian dipilih menjadi suami Helen. Padahal ia tidak menghadiri kompetisi secara langsung dan mengutus saudaranya Agamemnon sebagai gantinya.

Kecantikan Helen dari Troya telah menjadi legenda. Karena itulah ia dapat dikatakan sebagai wanita mematikan atau femme fatale yang sejati. Terlepas dari apakah ia adalah korban dari keinginan Paris dan dewa-dewa mitologi Yunani atau bukan.

Dalam drama Christopher Marlowe berjudul Doctor Faustus, Faustus mengucapkan beberapa baris paling terkenal, “Apakah ini wajah yang meluncurkan seribu kapal dan membakar menara-menara Ilium yang tak bertepi?”.

Tersirat dalam kalimat tersebut adalah gagasan bahwa Helen dari Troya, berdasarkan kecantikannya, bertanggung jawab atas jatuhnya Troya. Juga kematian banyak orang Yunani dan Troya.

Baca Juga: Enceladus: Kisah Raksasa yang Mengguncang Bumi dalam Mitologi Yunani

Clytemnestra

Meskipun tidak dianggap secantik Helen Troya, Clytemnestra, secara luas digambarkan sebagai sosok yang jauh lebih jahat. Ia adalah saudari Helen. Ketika Helen tidak menaati Menelaus, Clytemnestra membunuh suaminya, Agamemnon, saudara laki-laki Menelaus.

Tindakan ini biasanya digambarkan sebagai kejahatan yang tak tertandingi dalam mitologi Yunani. Tapi Clytemnestra bisa dibilang memiliki alasan kuat untuk membalas dendam kepada Agamemnon.

Dalam pelayarannya ke Troya, Agamemnon membuat Dewi Artemis murka setelah membunuh salah satu rusa sucinya. Artemis mencegah orang-orang Yunani berlayar dengan mengirimkan angin yang tidak bersahabat.

Untuk menebus kesalahannya, Agamemnon diberi tahu bahwa ia harus mengorbankan putrinya, Iphigenia. Tanpa memberi tahu istrinya tentang hal ini, ia menipu Clytemnestra agar mengirimkan putri mereka kepadanya di Aulis.

Ia berdalih bahwa sang putri akan menikahi Achilles. Ketika Iphigenia tiba, ia mengorbankannya dan kemudian berangkat untuk berperang dalam Perang Troya.

Dapat dimengerti bahwa Clytemnestra sangat terpukul dengan kematian putrinya. Selama Perang Troya yang berlangsung selama satu dekade, ia menjadikan Aegisthus sebagai kekasihnya. Keduanya merencanakan balas dendam kepada Agamemnon yang akan dibalasnya saat ia pulang dari perang.

Dalam penceritaan ulang mitos yang dramatis oleh Aeschylus, Clytemnestra menyambut Agamemnon di rumah. Ia kemudian menjeratnya dengan jaring saat Agamemnon sedang mandi dan menusuknya hingga tewas. Pada gilirannya, ia dibunuh Orestes, putranya, yang membalas dendam atas pembunuhan ayahnya.

Scylla

Teks paling awal yang masih ada yang menyebutkan Scylla adalah Odyssey karya Homer. Homer menggambarkannya sebagai monster yang membunuh enam anak buah Odysseus saat mereka mencoba kembali ke Ithaca.

Penulis-penulis kuno kemudian menyempurnakan mitos tersebut dengan memberikan cerita latar belakang tentang Scylla. Menurut Servius, ia adalah naiad cantik yang dicintai oleh Poseidon dan diubah menjadi monster oleh nereid Amphitrite yang pencemburu.

Baca Juga: Mitologi Yunani: Kisah Menelaus dan Pengkhianatan Pemicu Perang Troya

Dalam mitologi Yunani, nimfa biasanya dikejar oleh dewa laki-laki yang tidak mereka minati. Mereka kemudian diselamatkan atau dihukum oleh dewa lain karena dikejar oleh dewa laki-laki tersebut.

Oleh karena itu, agak ironis bahwa istilah “nymphomaniac” kini dianggap sebagai wanita dengan hasrat seksual yang tak terkendali atau berlebihan.

Namun, seperti Helen dari Troya, daya tarik seksual Scylla-lah yang membuatnya menjadi ancaman, yang membuatnya dihukum. Jadi, bahkan dalam keadaan mengerikannya, Scylla dapat dipahami sebagai femme fatale.

Siren

Scylla bukan satu-satunya monster yang ditemui Odysseus dalam perjalanannya kembali ke Ithaca. Ia juga harus melarikan diri dari para Siren. “Siren memikat pria menuju kematian melalui nyanyian mereka,” tambah Dent.

Dalam Odyssey karya Homer, nyanyian mereka, bukan kecantikannya, yang memberikan godaan yang mematikan. Homer lalai menyebutkan penampilan fisik mereka. Dalam Argonautica karya Apollonius dari Rhodes, mereka ditampilkan sebagai setengah wanita, setengah burung.

Apapun penggambarannya, Siren telah tercatat dalam sejarah sebagai lambang wanita yang berbahaya dan cantik –femme fatale.

Medea

Sebagai keturunan dewa matahari Helios dan keponakan Circe, agak ambigu apakah Medea harus dipahami sebagai makhluk fana atau dewa. Dapat dikatakan, ambiguitas ini menambah kesan misterius dan berbahaya yang menyelimutinya. Hal tersebut mengukuhkan posisinya sebagai salah satu wanita mematikan yang paling penting dalam mitologi Yunani.

Di Colchis, Jason bertemu dengan Medea. Dengan kemampuan menyihir dan pengetahuan tentang ramuan, Medea membantu Jason dalam ekspedisinya. (John William Waterhouse)

Namun, dalam mitos Jason dan Bulu Domba Emas, Medea mengambil peran arketipe lain. Peran itu sangat berbeda dengan peran femme fatale: gadis yang suka menolong. Medea jatuh cinta pada Jason. Ia berperan penting dalam membantunya menyelesaikan pencariannya untuk mengambil Bulu Domba Emas.

Demi membantu Jason, ia harus mengkhianati ayahnya untuk melakukannya. Setelah Jason kembali ke Yunani, keduanya menikah. Medea kemudian dikutuk untuk hidup sebagai orang asing, tidak dapat kembali ke rumah setelah mengkhianati ayahnya.

Meskipun Medea telah memberikan “segalanya” kepada Jason, Jason mengkhianatinya dengan menikahi Creusa, putri Raja Creon dari Korintus. Dalam penceritaan ulang mitos yang dramatis oleh Euripides, Jason membenarkan keputusan ini.

Ia menyatakan bahwa pernikahan barunya akan bermanfaat secara sosial bagi putra-putranya dan Medea. Pernikahan itu bisa membantu mereka untuk bangkit dalam masyarakat.

Meskipun demikian, Medea memutuskan bahwa cara balas dendam terbaik adalah dengan membunuh putra-putra mereka. Padahal, tindakan itu juga memilukan baginya sebagai seorang ibu.

Penggambaran Medea oleh Euripides agak memanusiakannya dengan berfokus pada perjuangan emosional yang dihadapinya saat membunuh anak-anaknya sendiri. Namun ambiguitas seputar status Medea sebagai manusia atau dewa menambah kesan kita bahwa aturan normal tidak berlaku padanya.

Keberadaan Medea di luar ranah moralitas manusia yang umumlah yang membuatnya menjadi wanita mematikan yang berbahaya.

Circe

Putri Helios, dewa matahari, dan Perse, bidadari Oceanid, Circe adalah dewi kecil. Namun ia mungkin lebih terkenal sebagai penyihir.

Dalam Odyssey karya Homer, Circe tinggal di pulau Aeaea, tempat ia memikat anak buah Odysseus ke pulaunya. Circe mengubah mereka menjadi babi dengan memberi mereka makanan dan anggur yang dicampur dengan ramuannya.

Odysseus kemudian menaklukkannya dengan menghunus pedangnya seolah-olah hendak menyerangnya, atas saran Dewa Hermes. Hermes juga memberinya ramuan ajaib moly untuk melindunginya dari ilmu sihir Circe.

Odysseus tinggal di Aeaea sebagai kekasih Circe selama setahun sebelum melakukan perjalanan ke Dunia Bawah. Ia belajar cara menenangkan para dewa dan kembali ke Ithaca.

Seperti yang ditunjukkan oleh banyak contoh ini, femme fatale adalah tokoh yang sangat difitnah dalam banyak cerita mitologi Yunani. Para wanita tersebut kerap disalahkan atas tindakan laki-laki yang berkuasa.

“Dari Helen dan Clytemnestra hingga Medusa yang dihukum oleh Athena karena menjadi korban pemerkosaan dewa,” Dent menambahkan.

Para wanita di atas dianggap kejam dalam mitologi Yunani, padahal mereka lebih banyak disakiti alih-alih membahayakan.