Sepanjang sejarah peradaban manusia, kemampuan membuat api atau meminjam istilah Rudyard Kipling yang menyebutnya sebagai 'bunga merah manusia' merupakan hal begitu menakjubkan. Begitu juga pemahaman orang Athena, pemberian api oleh Prometheus menjadi landasan sesembahan dan perayaan yang mereka lakukan.
Beda tempat lain cerita, asal-usul api di kota-kota lain juga punya kisahnya tersendiri. Orang Argos mempercayai bahwa Phoroneus, raja kuno merekalah yang 'menemukan' api.
Dalam Hymne Homeros kepada Hermes, dewa Hermes disebut sebagai sosok yang pertama kali menciptakan api dengan menggosokkan dua batang kayu kering. Tapi di Athena, Prometheus yang punya kuasanya.
Prometheus, Satir, dan Api
Perlombaan obor juga menghubungkan Prometheus dengan satir, makhluk setengah manusia setengah kuda, dan dewa Dionysus yang dikelilingi 'maenad' atau nimfa-nya. Bagian atas badan satir serupa manusia bertelinga runcing dengan bawahan tubuh kuda.
Makhluk mitologi ini digambarkan punya alat kelamin besar yang selalu tegang dan lebih mirip punya keledai daripada manusia. Sifat kebinatangannya juga mengerikan dan kelakuannya mirip aspek kunci budaya manusia (makan, minum, seks), sosoknya juga muncul dalam konteks kepercayaan, permainan, dan bergabagi praktik keagamaan.
Satir merupakan makhluk di batas ambang dunia manusia dan hewan, mereka membesar-besarkan humor untuk mengkritik lembaga dan ritual manusia. Mereka adalah tukang lawak yang nakal dan rakus, wajar jika orang Athena menyeret mereka dalam mitos Prometheus.
François Lissarrague menyebut fungsi satir untuk mempertanyakan tingkah laku budaya manusia. Sebagai tokoh penipu lokal Athena, mereka punya pandangan unik tentang pemberian api oleh Prometheus untuk orang Athena.
Sebagai bagian dari festival Dionysiac pada abad kelima, para penulis tragedi Athena membuat sandiwara satir dan dunia satir yang suka ikut campur adalah dunia yang cocok untuk kisah Prometheus. Unsur kisah Prometheus - pemberontakan, kecerdikan, dan tindakannya sebagai penyelamat umat manusia - cocok dengan tema-tema dasar sandiwara satir.
Ditilik dari judulnya saja (Cyclops, Busiris, Sciron, dll), kebanyakan sandiwara satir mengisahkan kekalahan penjahat, monster, atau penipu. Seperti mitos dan kultus Prometheus, banyak sandiwara satir juga menceritakan 'belenggu dan kebebasan' serta menciptakan kompetisi olahraga.
Sandiwara satir diambil dari kisah-kisah mitologi dan diubah melalui apa yang François Lissarrague sebut sebagai 'cermin rumah hantu' dunia satir. Satir sebagai sosok setengah manusia setengah kuda yang erotis tampil di panggung sebagai perusuh dan pencipta kekacauan untuk merusak alur cerita tragis.
Baca Juga: Prometheus Mencuri Api, Unsur Sakral Berbagai Budaya Yunani Kuno