Prometheus, Satir, dan Api: "Dasar Kambing! Jenggotmu Bisa Kebakaran"

By Muflika Nur Fuaddah, Senin, 26 Agustus 2024 | 15:00 WIB
Two Satyrs, by Peter Paul Rubens (1618) (Peter Paul Rubens (1618))

Aeschylus pernah menyusun drama satir berjudul 'Prometheus Fire-Kindler' yang dipentaskan bersama dengan trilogi yang 'The Persians' termasuk di dalamnya pada tahun 472 SM.

Prometheus Fire-Kindler menceritakan kemenangan Prometheus atas buruan Zeus, hingga tercipta perlombaan obor untuk merayakan aksinya. Menarik untuk berargumen bahwa adegan-adegan pada lukisan bejana mungkin mengilustrasikan drama satir Promethean karya Aeschylus, tapi tak semudah itu.

Beberapa sarjana mengusulkan bahwa drama satir Aeschylus dihidupkan kembali di panggung Athena tiga puluh tahun setelah kematiannya. Meski begitu, lekatnya Prometheus dan satir tetap populer setelah kematian Aeschylus.

Bahkan para penulis berikutnya masih terus bereksperimen menuliskan kisah drama satir api Prometheus.

Cara membuat obor tahan lama dari linen dan lilin, tertuang dalam satu baris kalimat dalam "Prometheus Fire-Kindler:"dan linen, damar, serta lilitan panjang linen mentah." Plutarch mengutip cerita lucu reaksi para satir saat pertama kali melihat api, ada yang mencoba menciumnya tapi dicegah oleh Prometheus: "dasar kambing! Jenggotmu bisa kebakaran."

Sebuah fragmen papyrus juga mengabadikan hal pertama yang dilakukan satir saat punya api - mengejar para nimfa: "jika ada Naiad memanggilku, akan kukejar dia sambil berputar-putar mengelilingi api. Aku percaya pada nimfa yang bisa berjoget melakukan tarian penghormatan untuk hadiah Prometheus."

Kalimat-kalimat selanjutnya menyebut Prometheus sebagai pemberi kehidupan (pheresbios) dan pemberi hadiah (speusidoros). Jadi setelah kehadiran api, para satir dan nimfa merayakannya dengan riang gembira.

Kenakalan Prometheus jadi kisah abadi yang terus diolah sembari memahami karakter orang-orang Athena. Lantas, karakter yang bagaimana dan introspeksi budaya seperti apa yang diciptakan obor Prometheus di antara orang-orang Athena pada abad kelima waktu itu?

Mitos tentang Prometheus punya makna yang lebih spesifik, terutama dalam ingatan Athena pasca Perang Persia. Lebih dari sekadar perayaan umum tentang sifat rancu api, Aeschylus dengan kisah Prometheus membuat warga Athena merenungkan trauma mereka yang baru saja terjadi dan mengubah kenangan buruk untuk kembali bangkit bersama kecerdasan Prometheus dan Athena.

Baca Juga: Tipu Daya Prometheus dan Ritual Pengorbanan Sapi dari Yunani Kuno