Rempah dan Karpet: Akar Hubungan Kekaisaran Ottoman dan Nusantara

By Muflika Nur Fuaddah, Rabu, 28 Agustus 2024 | 16:00 WIB
(Ilustrasi) Sejarah kedatangan Islam ke Kepulauan Nusantara (Open Culture)

Memetakan Akar Sejarah Hubungan Kekaisaran Ottoman dan Nusantara

Menurut Meirison dalam Ottoman Trade Policy and Activities in Europe and Asia yang terbit dalam jurnal Al-Falah, masyarakat Turki telah lama menganut Islam seiring dengan penaklukan yang dilakukan oleh Khalifah kedua, Umar bin Khattab, pada tahun 641 Masehi.

Masyarakat Ottoman adalah komunitas multi-etnis dan beragam agama, di mana Kristen Ortodoks, Katolik, dan Yahudi hidup dalam damai. Hal ini merupakan bukti penerapan pandangan dunia Islam.

Pertanyaannya adalah apakah toleransi beragama yang dipraktikkan oleh bangsa Turki Ottoman sesuai dengan ajaran Islam, terutama setelah adanya perjanjian kapitulasi asing yang membuat kehidupan kelompok minoritas lebih makmur dibandingkan dengan umat muslim.

Mereka memiliki kebebasan untuk menerapkan hukum sesuai dengan ajaran agama masing-masing, serta keringanan pajak. Migrasi Yahudi pada tahun 1877 dari Kazan, Bukhara, dan Asia Tengah telah membanjiri wilayah Anatolia.

Kelompok minoritas seperti Yahudi dilarang memasuki negara Hijaz (sekarang Arab Saudi) dan dilarang mendirikan negara Palestina karena adanya perjanjian lama yang telah ada sejak zaman Nabi dan Umar bin Khattab dengan Kristen Palestina.

Melalui artikelnya yang berjudul Rum and Java: the Vicissitudes of Documenting a Long-Distance Relationship, Anthony Reid mengelaborasi pengalaman panjang dalam menelusuri hubungan antara Kekaisaran Ottoman dan Asia Tenggara.

Reid menggambarkan hampir semua sumber Melayu, Eropa, dan Turki yang mencatat hubungan antara Ottoman dan Asia Tenggara.

"Kekaisaran Ottoman adalah kekuatan politik akhir abad pertengahan yang terbentuk pada akhir Abad Pertengahan," ungkapnya. Awalnya, mereka berasal dari kelompok suku nomaden (beylik) di Asia Tengah yang melakukan perlawanan terhadap ekspansi Mongol dan Bizantium pada tahun 1260-1300.

Osman Gazi adalah salah satu pemimpin beylik yang berhasil bertahan di tengah gejolak politik dan mampu menjadi pemimpin beylik lainnya sehingga beylik Osman Gazi menjadi lebih besar dan berpengaruh.

Dengan melemahnya kontrol Mongol antara tahun 1299-1301, Osman Gazi dan orang-orang beylik lainnya melakukan ekspansi, salah satunya menaklukkan kota penting Bizantium, Iznik, pada tahun 1302.

Baca Juga: Selisik Sejarah Serangan Militer Kekaisaran Ottoman ke Eropa dan Mesir