Jepang Bakal Andalkan 'Blue Carbon' untuk Kurangi Emisi, Sekaligus Restorasi Pesisirnya

By Ade S, Rabu, 28 Agustus 2024 | 14:33 WIB
Jepang punya cara unik kurangi emisi! Dengan memanfaatkan 'blue carbon', mereka restorasi pesisir sambil lawan perubahan iklim. (Serp Pae)

Nationalgeographic.co.id—Di tengah ancaman perubahan iklim yang semakin mendesak, negara-negara di seluruh dunia berlomba-lomba mencari solusi inovatif untuk mengurangi emisi karbon.

Jepang, negara kepulauan dengan garis pantai yang panjang, kini tengah mengandalkan kekuatan alam untuk menjawab tantangan tersebut.

Melalui inisiatif ambisius yang memanfaatkan potensi "karbon biru", Negeri Sakura tidak hanya berupaya mencapai target netralitas karbon, tetapi juga mengembalikan kesehatan ekosistem pesisirnya yang semakin terdegradasi.

Artikel ini akan mengupas tuntas bagaimana Jepang berencana mengoptimalkan potensi karbon biru untuk masa depan yang lebih berkelanjutan.

Permata tersembunyi

Jauh dari hiruk pikuk Tokyo, kota Hayama di Prefektur Kanagawa menawarkan oase ketenangan dengan pantai-pantai eksotis, vila kekaisaran megah, dan panorama Gunung Fuji yang memukau. Namun, di balik keindahan alamnya yang memikat, lautan Hayama menyimpan kisah yang mengkhawatirkan.

"Sejak sekitar tahun 2016, saya menyaksikan penurunan drastis populasi rumput laut seperti arame dan kajime," ungkap Katsunori Yamaki, anggota Dewan Rumput Laut Hayama, seperti dilansir dari The Japan Times. "Nelayan lokal juga mengeluhkan semakin sulitnya menangkap abalone, kerang turban, dan ikan-ikan yang biasa hidup di antara hamparan rumput laut."

Menyadari urgensi masalah ini, Dewan Rumput Laut Hayama bersama nelayan dan sekolah setempat berinisiatif untuk mengembalikan kejayaan lautan Hayama. Mereka memulai proyek ambisius dengan menanam kembali rumput laut di perairan pesisir. Tak berhenti di situ, mereka juga memperkaya ekosistem dengan menambahkan berbagai spesies rumput laut dan moluska laut.

Upaya restorasi ini semakin mendapat perhatian dunia setelah diakui sebagai "ekosistem karbon biru". Penghargaan ini semakin mengukuhkan pentingnya peran Hayama dalam menjaga keseimbangan lingkungan global.

Dipopulerkan oleh Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 2009, karbon biru adalah karbon dioksida yang terperangkap dan disimpan oleh ekosistem pesisir seperti hutan mangrove dan hamparan rumput laut.

Meskipun hanya menempati sebagian kecil dari luas lautan (0,5%), ekosistem ini berperan sangat vital dalam memerangi perubahan iklim dengan menyerap karbon jauh lebih banyak (50%) daripada hutan hujan tropis.

Baca Juga: Kunci Pengurangan Karbon Pesisir Ada di Tangan Masyarakat dan Mangrove