Dunia Hewan: Kecil tapi Mematikan, Apa Jadinya bila Nyamuk Menghilang?

By Sysilia Tanhati, Selasa, 3 September 2024 | 10:00 WIB
Nyamuk—kecil, rapuh, sangat mudah diremukkan, tetapi mampu melakukan kerusakan fatal. Apa yang akan terjadi bila nyamuk menghilang? (Unsplash)

Nationalgeographic.co.id—Meningkatnya kasus penyakit yang ditularkan nyamuk seperti demam berdarah membuat banyak orang khawatir.

Namun, serangga pengganggu ini juga merupakan penyerbuk yang penting. Menghilangnya nyamuk dapat menimbulkan dampak yang tak terhitung pada rantai makanan.

Ya, nyamuk—kecil, rapuh, sangat mudah diremukkan, tetapi mampu melakukan kerusakan fatal.

Di Indonesia, kasus demam berdarah kerap menghantui. Ada beberapa cara mudah untuk membantu melindungi diri Anda dari penyakit yang ditularkan nyamuk.

Namun, ada satu solusi yang terdengar menarik setiap kali berita tentang penyakit yang ditularkan nyamuk mencapai titik puncaknya. Bagaimana jika kita bisa membuat semua nyamuk menghilang?

Tapi apa yang akan terjadi bila nyamuk benar-benar menghilang?

Dunia tanpa nyamuk

Tentu saja, tidak seorang pun tahu pasti seperti apa dunia tanpa nyamuk.

“Membasmi nyamuk sepenuhnya dapat menimbulkan konsekuensi yang tidak dapat kita prediksi,” kata Ann Froschauer, spesialis urusan publik untuk Dinas Perikanan dan Satwa Liar di Amerika Serikat.

Masalah utamanya adalah kita tidak cukup tahu tentang bagaimana nyamuk masuk ke dalam rantai makanan. Ada sekitar 3.500 spesies nyamuk di planet ini.

Banyak penelitian telah mengungkap jaring makanan mamalia yang lebih besar, seperti singa atau macan tutul. Hewan yang berukuran besar jauh lebih mudah diamati daripada nyamuk kecil, yang sering berkembang biak di genangan air sementara.

Baca Juga: Polusi Cahaya Pengaruhi Kehidupan Nyamuk: Ancaman Bagi Manusia?

Nyamuk dari segala usia dan jenis kelamin berfungsi sebagai sumber makanan bagi semua jenis makhluk. Misalnya ikan, kura-kura, capung, burung penyanyi yang bermigrasi, dan kelelawar.

Selain itu, nyamuk jantan pada banyak spesies nyamuk hanya memakan nektar. Hal ini menjadikan beberapa spesies penyerbuk utama tanaman seperti beberapa tanaman dan bunga—bahkan anggrek.

Bagaimana dengan kelelawar?

Mungkin lebih dari hewan lainnya, kelelawar sering disebut-sebut sebagai musuh terbesar nyamuk. Tentunya membasmi semua nyamuk akan lebih memengaruhi kelelawar daripada kebanyakan nyamuk?

Tidak demikian, kata Winifred Frick, seorang ahli biologi kelelawar di Universitas California, Santa Cruz.

Kebanyakan kelelawar sebenarnya adalah predator generalis. Artinya mereka memakan apa pun yang bisa mereka tangkap—nyamuk, kumbang, atau lainnya.

“Tidak ada spesies kelelawar yang khusus memangsa nyamuk,” kata Frick.

Faktanya, beberapa spesies nyamuk paling aktif di siang hari. Jadi kelelawar hanya memiliki sedikit kesempatan untuk memakan nyamuk.

Lebih jauh lagi, perihal metode yang kita gunakan untuk membasmi nyamuk. Misalnya pestisida seperti DDT, mungkin akan lebih mematikan bagi kelelawar daripada mengurangi mangsa.

“Saya khawatir kerusakan tambahan dari penyemprotan pestisida yang ekstensif dapat berdampak sangat buruk pada kelelawar dan satwa liar lainnya,” kata Frick.

Jelas, jika Anda menyingkirkan hewan dari ekosistem ini, sesuatu akan berubah, kata Marm Kilpatrick, seorang ahli ekologi penyakit di University of California-Santa Cruz. Namun, apakah dampaknya akan menjadi sesuatu yang akan diperhatikan oleh kebanyakan orang?

Baca Juga: Dunia Hewan: Spesies Baru Nyamuk Raksasa Ditemukan di Kamboja

“Saya akan mengatakan bahwa kita tidak tahu jawabannya, tetapi firasat saya tidak,” kata Kilpatrick.

Dunia tanpa penyakit?

Satu hal yang pasti, pemberantasan nyamuk akan berdampak besar bagi kesehatan global.

Secara keseluruhan, nyamuk menyebabkan lebih dari 700.000 kematian manusia setiap tahun.

Nyamuk merupakan vektor utama malaria. Jadi jika nyamuk menghilang, malaria pasti juga akan menghilang. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, sekitar 608.000 orang meninggal karena malaria pada tahun 2022.

Nyamuk juga menularkan virus demam berdarah, yang merenggut 21.000 nyawa manusia setiap tahun. Juga demam kuning, yang menyebabkan 30.000 kematian setiap tahunnya.

Namun, kita mungkin tidak perlu membasmi nyamuk untuk menghilangkan angka-angka ini. Dalam beberapa tahun terakhir, para peneliti membuat terobosan yang menjanjikan dalam mencegah penularan penyakit.

Misalnya dengan menginfeksi nyamuk dengan bakteri parasit, mensterilkan nyamuk dengan radiasi, dan bahkan mengubah genom nyamuk menggunakan teknologi CRISPR.

Penting untuk diingat bahwa tidak semua spesies nyamuk bertanggung jawab atas kerusakan ini. Bahkan, banyak yang tidak ingin berurusan dengan kita.

“Ada beberapa spesies yang hidup di lahan basah yang sebagian besar memangsa katak dan amfibi lainnya,” kata Michael Hutchinson, seorang entomologis di Departemen Pertanian Pennsylvania.

“Jadi, Anda bisa saja duduk di lahan basah. Dan jika ada puluhan ribu nyamuk di sekitar, Anda tidak akan digigit sama sekali. Mereka hanya tidak tertarik.”

Ada juga spesies nyamuk yang betinanya juga tidak dikenal sebagai pengisap darah. Faktanya, beberapa nyamuk, seperti nyamuk dalam genus Toxorhynchites, benar-benar memburu nyamuk lain selama tahap larva akuatik mereka.

Pada akhirnya, terlepas dari apakah pemberantasan nyamuk total mungkin atau tidak—kemungkinan besar tidak. Masih banyak yang tidak kita pahami tentang apa yang pernah disebut oleh ahli biologi E.O. Wilson sebagai “hal-hal kecil yang menguasai dunia”.