Bagaimana Obelisk Mesir Kuno bisa Menyebar ke Penjuru Dunia?

By Sysilia Tanhati, Jumat, 6 September 2024 | 16:00 WIB
Obelisk merupakan salah satu ekspresi monumental paling khas dari budaya Mesir kuno. Sayangnya, hanya sedikit yang tersisa di Mesir. (Griffin Wooldridge/Pexels)

Nationalgeographic.co.id—Bangsa Mesir kuno meninggalkan warisan arsitektur yang luar biasa dari peradaban mereka selama 3.000 tahun. Salah satunya adalah Jarum Cleopatra (Cleopatra’s Needle).

Obelisk Mesir kuno seberat 224 itu diselimuti hieroglif. Namun, alih-alih berdiri dengan megah di Kairo, Anda bisa menikmati mahakarya ini di London.

Tidak diragukan lagi, obelisk tersebut merupakan salah satu ekspresi monumental paling khas dari budaya Mesir kuno. Sayangnya, hanya sedikit obelisk peninggalan Mesir kuno yang tersisa di Mesir saat ini.

Pilar yang tinggi dan meruncing tersebut sering kali ditempatkan berpasangan di luar pintu masuk kuil. Awalnya didirikan untuk menghormati dewa matahari Re, obelisk tersebut dengan cepat populer di Mesir kuno dan sekitarnya. Monumen megah ini dianggap sebagai rampasan perang, hadiah antarbangsa, dan bagian sejarah yang ingin diperoleh para pemimpin dunia.

“Orang luar pertama yang diketahui sebagai pengagum obelisk tersebut adalah Raja Asyur Ashurbanipal,” tulis Barbara Faenza di laman National Geographic.

Ia memerintah sekitar 669-627 SM. Setelah menjarah Thebes pada 664 SM, Ashurbanipal memerintahkan agar sepasang obelisk diangkut ke istananya di Nineveh (Irak modern). Kekaisaran Romawi membanggakan berbagai obelisk: beberapa diambil dari Mesir, yang lain dibuat di dalam negeri.

Saat ini obelisk Mesir dapat ditemukan di New York, Istanbul, dan Paris.

Orang Yunani memberi monumen tersebut nama obeliskos, yang berarti pilar kecil dan runcing. Namun, orang Mesir menyebutnya tekhen, sebuah kata yang asal-usulnya tidak pasti. “Biasanya terbuat dari granit,” tambah Faenza. Obelisk berbentuk persegi pada penampang melintang dan sedikit meruncing saat menjulang ke puncak yang diatapi oleh piramida kecil (pyramidion).

Untuk memantulkan sinar matahari, pyramidion terkadang dilapisi dengan emas atau elektrum. Elektrum merupakan paduan emas dan perak yang terjadi secara alami.

Orang Mesir menyebut pyramidion sebagai benben, yang berarti “bersinar, memancarkan.” Benben melambangkan Bukit Purba, tempat Atum (manifestasi Re) menciptakan semua yang ada. Simbol matahari atau gambar firaun yang berkuasa yang dilindungi oleh Re juga terukir di atasnya.

Bagian dasar obelisk sering kali menampilkan figur babun. Hewan ini diasosiasikan dengan matahari karena teriakannya yang menghantui saat fajar dan senja.

Baca Juga: Mengapa Gereja Ortodoks Koptik Alexandria Memiliki Paus Sendiri?