Lika-liku Siswa Hindia Belanda saat Bersekolah di Kekaisaran Ottoman

By Muflika Nur Fuaddah, Selasa, 10 September 2024 | 18:00 WIB
Khalifah terakhir Abdulmecit Efendi di perpustakaannya. (mybeautifulistanbul.com)

Pada tahun yang sama, Abdul Muttalib masih berada di Sekolah Sultani. Pada Maret 1907, kebakaran terjadi di Sekolah tersebut dan Abdul Muttalib serta Abdul Rahman kehilangan semua barang-barang mereka karena kebakaran itu.

Keduanya datang ke konsulat Belanda dan menerima bantuan keuangan. Abdul Rahman kemudian pergi ke Kairo, Mesir, bergabung dengan ayahnya untuk belajar bahasa Arab dan Inggris di sana, sementara Abdul Muttalib kembali ke Batavia. 

Pada tahun 1901, Ali bin Sahil, yang datang ke Istanbul bersama Abdul Rahman dan Abdul Muttalib, dipindahkan dari Mülkiye ke Mekteb-i Sultani (Galatasaray) di mana siswa-siswa di sana jauh lebih muda darinya.

Dia mengajukan permohonan untuk pindah dari Sultani untuk belajar di bidang Pertanian (Ziraat) pada pertengahan tahun 1904, tetapi Pemerintah Ottoman merasa sulit menyetujuinya mengingat usianya sudah 24 tahun.

Pada April 1905, Ali masih belajar di Sekolah Sultani, tetapi pada Oktober tahun itu dia mengajukan permohonan untuk meninggalkan sekolah dan kembali ke negara asalnya.

Karena kekurangan dana, dia meminta bantuan keuangan untuk pulang dan pihak Ottoman setuju untuk mengalokasikan 3.000 kurus untuk tujuan ini. Kegagalannya dalam pendidikan disebabkan karena dia tidak lulus dalam beberapa mata pelajaran ilmu pengetahuan dan bahasa Prancis, selain juga sibuk mengurus teman-temannya yang lebih muda.

Permohonannya disetujui oleh pihak Ottoman karena perilakunya yang baik selama tinggal di Istanbul. Dana untuk perjalanan dikeluarkan pada bulan berikutnya, November 1905, sehingga dia bisa kembali ke negaranya.

Namun, Schmidt menyebutkan bahwa Ali pergi ke Hindia Belanda pada akhir tahun 1912 untuk menggalang dana bagi Turki dan menghasut rakyat melawan orang-orang Kristen.

Sayangnya, penelitian ini tidak menemukan data lebih lanjut untuk menjelaskan apa yang terjadi di antara tahun-tahun tersebut; apakah siswa ini menunda kepulangannya atau kembali ke Istanbul di tahun-tahun berikutnya?

Pakaian simbol perlawanan

Seperti yang disebutkan sebelumnya, pada awal tahun 1904, para siswa yang tiba pada tahun 1899 diizinkan untuk pulang berlibur ke Hindia Belanda.

Para siswa ini tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Batavia, mengenakan pakaian Turki – bertentangan dengan peraturan kolonial – dan disambut oleh Konsul Ottoman, Sadik Bey, sementara polisi mengawasi dari kejauhan.