Kelompok Neanderthal Terakhir Kawin Sedarah Sampai Sebabkan Kepunahan

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Sabtu, 14 September 2024 | 14:00 WIB
Menjelang kepunahannya, Neanderthal hidup terisolasi sehingga memaksa mereka harus kawin sedarah. Cara ini menurunkan kemampuan mereka untuk hidup, sampai akhirnya digantikan oleh manusia modern. (Nabais et al.)

Nationalgeographic.co.id—Sekitar 40.000 tahun yang lalu, manusia purba Neanderthal tidak pernah tampak lagi di muka Bumi.

Spesies manusia itu tiba-tiba punah, secara arkeologis, setelah mendominasi Eropa dan Asia selama 350.000 tahun lamanya. Dengan cepat, keberadaan mereka digantikan dengan manusia modern Homo sapiens yang bermigrasi belakangan dari Afrika.

Ada beberapa teori yang telah dikemukakan ahli purbakala. Salah satunya teorinya adalah karena keterisolasian mereka di tempat terakhir mereka.

Teori ini memandang, kelompok manusia purba yang terisolasi membuat mereka harus hidup serba terbatas tanpa ruang yang banyak, dan individu yang lebih sedikit. Akibatnya, mereka hanya bisa saling berinteraksi satu sama lain di dalam kelompok, termasuk berkembang biak.

Sebuah temuan terbaru memperkuat dugaan ini lewat individu Neanderthal terakhir di sebuah gua Prancis selatan. Individu tersebut dinamai sebagai "Thorin", yang diadaptasi dari tokoh "The Hobbit" karya J.R.R Tolkien. Thorin ditemukan arkeolog pada 2015 yang diperkirakan wafat antara 50.000 sampai 40.000 tahun silam.

Para peneliti dari Globe Institute di University of Copenhagen menyelidiki genom Thorin. Individu yang berada di Grotte Mandrin ini ternyata memiliki keragaman genetik yang sedikit. Artinya, menurut para peneliti, Thorin berada di lingkungan yang sudah terisolasi dengan kelompok yang kawin sedarah.

"Mereka telah hidup dalam kelompok-kelompok kecil selama beberapa generasi," kata Martin Sikora, anggota tim penelitian tersebut dari Globe Institute, dikutip dari Eurekalert. Kelompok kecil sekitar Thorin diperkirakan sudah terisolasi sejak 50.000 tahun terakhir sebelum kepunahan Neanderthal.

Para peneliti mempublikasikan hasil temuannya lewat makalah bertajuk Long genetic and social isolation in Neanderthals before their extinction itu diterbitkan di Cell Genomics pada 11 September 2024.

"Kita tahu bahwa perkawinan sedarah mengurangi keragaman genetik dalam suatu populasi, yang dapat merugikan kemampuan mereka untuk bertahan hidup jika terjadi sesuatu dalam jangka waktu yang lebih lama," lanjut Sikora.

Perbedaan cara hidup berkelompok manusia modern dan Neanderthal

Selama bertahun-tahun, para ilmuwan memperkirakan Neanderthal lebih primitif secara pemikiran daripada manusia modern. Akan tetapi, Neanderthal ternyata diketahui sudah menciptakan bahasa yang memungkinkan mereka dapat berkomunikasi satu sama lain.

Baca Juga: Mengapa Manusia Mengambil Alih Dunia, sedangkan Neanderthal Punah?

Hanya saja lewat penelitian ini, para peneliti memperkirakan bahwa Neanderthal punya gaya hidup yang berbeda dengan manusia modern awal. Manusia modern yang bermigrasi ke benua baru ini lebih memilih hidup terhubung dengan kelompok-kelompok lainnya. Cara ini menguntungkan untuk bertahan hidup.

Neanderthal, justru sebaliknya, memiliki kebiasaan hidup dalam kelompok kecil. Ketika kelompok lain tiada karena peristiwa tertentu seperti bencana atau serangan dari spesies lain, seperti manusia modern, kelompok tersisa jadi terisolasi. Untuk bisa mempertahankan kelompoknya, Neanderthal harus kawin sedarah.

“Ini lebih bersifat spekulatif, tetapi bahkan sekadar gagasan tentang kemampuan untuk berkomunikasi lebih banyak dan bertukar pengetahuan adalah sesuatu yang dilakukan manusia yang mungkin tidak dilakukan Neanderthal sampai batas tertentu, karena gaya hidup mereka yang terisolasi dengan mengorganisasi diri dalam kelompok yang lebih kecil," kata Tharsika Vimala, penulis kedua studi.

Menyingkap peradaban akhir Neanderthal

Bukti konkret lainnya yang mendukung gagasan ini, para peneliti merujuk tentang susahnya menemukan kerangka Neanderthal muda. Kebanyakan DNA Neanderthal yang ditemukan Eurasia berusia tua.

Salah satu yang tertua ditemukan di Gua Denisova di Pegunungan Altai, beberapa gua di Scladina, Belgia, dan Hohlenstein-Stadel, Jerman. Usia mereka mencapai 120.000 tahun.

Pada studi di Pegunungan Altai yang lebih awal, terang para peneliti, juga menunjukkan bahwa spesies Neanderthal hidup dalam keterisolasian. Hipotesis inilah yang memantik para peneliti melacak kehidupan Neanderthal yang ada di Eropa Barat, seperti Thorin yang cenderung berusia lebih muda. 

Demi menyingkap apa yang sebenarnya terjadi pada spesies Neanderthal, para peneliti menganalisis ulang genom Neanderthal lainnya yang hidup di masa akhir peradabannya. Genom ini didapati dari individu-individu lainnya di Prancis yang membawa garis moyang Neanderthal kelompok Thorin.

"Kami membutuhkan lebih banyak bukti, dan ini adalah beberapa bukti yang kami cari dan perlukan untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan hipotesis tentang kepunahan mereka karena gaya hidup mereka yang terisolasi,” kata Vimala.

Dari laporan makalah para peneliti, kondisinya terisolasinya Neanderthal semakin meyakinkan di Eropa Barat. Neanderthal hidup terisolasi sampai kepunahan mereka. "Namun, kami memerlukan lebih banyak data genomik untuk menggambarkan sejarah mereka dengan lebih baik," lanjutnya.