Rumitnya Mengurai Manuskrip Astronom dan Matematikawan Yunani Kuno Ptolemeus

By Ricky Jenihansen, Kamis, 12 September 2024 | 12:00 WIB
Naskah Yunani kuno Ptolemeus diperkirakan ditulis pada abad pertama Masehi dan ditemukan pada tahun 1819. (Ancient Origin)

Nationalgeographic.co.id—Manuskrip Ptolemeus adalah naskah Yunani kuno yang menjelaskan tentang Meteoroscope, sebuah alat yang digunakan oleh para astronom di zaman kuno untuk mempelajari bintang dan jarak.

Meteoroscope telah lama menarik perhatian banyak peneliti astronomi dan arkeologi. Namun, para peneliti baru berhasil menguraikan manuskrip Ptolemeus 200 tahun setelah penemuannya.

Klaudius Ptolemeus, adalah seorang ahli geografi, astronom, dan astrolog yang hidup pada zaman Helenistik di provinsi Romawi, Aegyptus.

Dia merupakan seorang pengarang beberapa risalah ilmiah, tiga di antaranya kemudian memainkan peranan penting dalam keilmuan Islam dan Eropa.

Naskah Yunani kuno Ptolemeus sendiri diperkirakan ditulis pada abad pertama Masehi dan ditemukan oleh seorang kardinal Katolik Roma Angelo Mai pada tahun 1819.

Siapa Angelo Mai? Dia adalah seorang Kardinal dan filolog Italia yang memenangkan reputasi Eropa untuk penerbitan untuk pertama kalinya serangkaian teks kuno yang sebelumnya tidak dikenal.

Temuan tersebut dipublikasikan dalam jurnal akademik yang ditinjau sejawat Archive for History of Exact Sciences

Upaya untuk menguraikan naskah Ptolemeus kuno ini merupakan puncak dari upaya para peneliti dari pelbagai disiplin ilmu selama lebih dari 200 tahun.

Hal ini terjadi karena para peneliti meyakini bahwa memang seseorang benar-benar telah menulisnya pada zaman Yunani kuno.

Sebelumnya, seperti yang dilaporkan Jerusalem Post, seseorang juga telah mencoba untuk "membersihkan" perkamen tersebut agar tulisan asli Ptolemeus lebih jelas dengan mengoleskan reagen (substansi yang ditambahkan pada sebuah campuran untuk memunculkan rantai reaksi kimia dari campuran tersebut) ke beberapa halaman.

Hal ini tidak hanya membuat tulisan asli menjadi lebih jelas, tetapi juga menutupi perkamen dengan noda cokelat tua yang membuat pembacaannya menjadi lebih sulit.

Baca Juga: Derveni Krater, Sebuah Mahakarya Logam dari Peradaban Yunani Kuno