Nationalgeographic.co.id—Manuskrip Ptolemeus adalah naskah Yunani kuno yang menjelaskan tentang Meteoroscope, sebuah alat yang digunakan oleh para astronom di zaman kuno untuk mempelajari bintang dan jarak.
Meteoroscope telah lama menarik perhatian banyak peneliti astronomi dan arkeologi. Namun, para peneliti baru berhasil menguraikan manuskrip Ptolemeus 200 tahun setelah penemuannya.
Klaudius Ptolemeus, adalah seorang ahli geografi, astronom, dan astrolog yang hidup pada zaman Helenistik di provinsi Romawi, Aegyptus.
Dia merupakan seorang pengarang beberapa risalah ilmiah, tiga di antaranya kemudian memainkan peranan penting dalam keilmuan Islam dan Eropa.
Naskah Yunani kuno Ptolemeus sendiri diperkirakan ditulis pada abad pertama Masehi dan ditemukan oleh seorang kardinal Katolik Roma Angelo Mai pada tahun 1819.
Siapa Angelo Mai? Dia adalah seorang Kardinal dan filolog Italia yang memenangkan reputasi Eropa untuk penerbitan untuk pertama kalinya serangkaian teks kuno yang sebelumnya tidak dikenal.
Temuan tersebut dipublikasikan dalam jurnal akademik yang ditinjau sejawat Archive for History of Exact Sciences.
Upaya untuk menguraikan naskah Ptolemeus kuno ini merupakan puncak dari upaya para peneliti dari pelbagai disiplin ilmu selama lebih dari 200 tahun.
Hal ini terjadi karena para peneliti meyakini bahwa memang seseorang benar-benar telah menulisnya pada zaman Yunani kuno.
Sebelumnya, seperti yang dilaporkan Jerusalem Post, seseorang juga telah mencoba untuk "membersihkan" perkamen tersebut agar tulisan asli Ptolemeus lebih jelas dengan mengoleskan reagen (substansi yang ditambahkan pada sebuah campuran untuk memunculkan rantai reaksi kimia dari campuran tersebut) ke beberapa halaman.
Hal ini tidak hanya membuat tulisan asli menjadi lebih jelas, tetapi juga menutupi perkamen dengan noda cokelat tua yang membuat pembacaannya menjadi lebih sulit.
Baca Juga: Derveni Krater, Sebuah Mahakarya Logam dari Peradaban Yunani Kuno
Akhirnya, setelah 200 tahun, metode modern berhasil menguraikan manuskrip yang berisi informasi mengenai instrumen ilmiah yang dikenal sebagai Meteoroscope.
Meteoroscope adalah alat yang digunakan oleh para astronom di zaman kuno untuk mempelajari bintang dan jarak.
Secara khusus, Meteoroscope Ptolemeus dapat digunakan untuk sejumlah aplikasi.
Aplikasi tersebut termasuk memberi tahu waktu dengan memprediksi ekuinoks atau titik balik matahari dan memastikan garis lintang seseorang dan lokasi sebuah planet.
Meski sempat mengalami kesulitan untuk menguraikan seperti apa Meteoroscope itu dan bagaimana cara kerjanya. Pada akhirnya peneliti berhasil mengungkap tentang "sembilan cincin."
Hasilnya, menurut teks terjemahan, sembilan cincin Meteoroscope memiliki nama dan fungsi sebagai berikut:
1. Cincin yang membawa suspensi atau "pembawa": Cincin tetap yang tampaknya digunakan untuk menggantungnya pada sesuatu
2. Hektemoros atau "enam bagian": Cincin yang dipasang tegak lurus terhadap pembawa, memotongnya dua kali dan berukuran sama
3. "Horizon": Cincin ini dipasang pada titik mata angin ke pembawa dan enam bagian
4. "Meridian": Bagian ini terletak di dalam pembawa dan tetap di tempatnya oleh flens, tetapi orientasinya dapat disesuaikan menurut garis lintang
Baca Juga: Aristoxenus, Filsup Yunani Kuno dan Ahli Musik Pertama di Dunia Barat
5. "Revolver: Ini ada di dalam cincin meridian dan berputar pada titik-titik yang mewakili kutub langit.
6. "Zodiac": Sama ukurannya dengan revolver, ia dipasang pada revolver tegak lurus pada titik-titik tertentu.
7. "Astrolabe": Terletak di dalam revolver dan cincin zodiak, ia berputar pada titik-titik yang mewakili kutub ekliptika.
8. "Upright": Terletak di dalam astrolab dan berputar pada titik-titik revolver yang mewakili kutub langit. Alat ini dapat mewakili meridian sembarang.
9. "All Tilter": Terletak di dalam Upright dan berputar pada titik-titik yang mewakili tempat meridian sembarang berpotongan dengan ekuator, alat ini dapat mewakili cakrawala apa pun dan terbenam di bidang apa pun.
Pada dasarnya, Meteoroscope yang telah selesai akan tampak seperti serangkaian cincin besar yang terletak di dalam satu sama lain, yang dapat dimiringkan sesuai kebutuhan.
Konstruksi dan penggunaan alat ini dirinci dalam manuskrip, yang tampaknya menyiratkan bahwa risalah tersebut dimaksudkan untuk membantu praktisi menggunakannya.
Tidak hanya itu, konstruksi tersebut dapat membantu guru menunjukkan bagaimana beberapa kesimpulan dicapai.
Ptolemeus mengemukakan teori geosentris
Ptolemeus yang sohor sebagai salah satu astronom dan geografer Yunani kuno paling berpengaruh pada masanya, diketahui telah mengemukakan teori geosentris dalam bentuk yang berlaku selama 1400 tahun. Karyanya telah menghasilkan lebih banyak diskusi dan perdebatan daripada yang lain.
Teori geosentris menyatakan bahwa semua objek dalam tata surya kita bergerak relatif terhadap bumi.
Dengan kata lain, menurut teori geosentris, bumi merupakan pusat tata surya. Teori ini bahkan dipercaya selama hampir 1400 tahun lamanya.
Ptolemeus lahir di Alexandria di Mesir pada era Romawi. Ptolemeus menulis sekitar selusin risalah ilmiah.
Tiga di antaranya penting bagi ilmu pengetahuan Bizantium, Islam, dan Eropa Barat di kemudian hari.
Yang pertama adalah risalah astronomi yang sekarang dikenal sebagai Almagest, meskipun awalnya berjudul Mathēmatikē Syntaxis atau Risalah Matematika, dan kemudian dikenal sebagai Risalah Terbesar.
Yang kedua adalah Geografi, yang merupakan diskusi menyeluruh tentang peta dan pengetahuan geografis dunia Yunani kuno dan Romawi kuno.
Yang ketiga adalah risalah astrologi di mana ia mencoba mengadaptasi astrologi horoskop dengan filsafat alam Aristoteles pada zamannya.