Lebih dari Sekadar Tren, ESG Kini Jadi Jantung Bisnis Modern

By Ade S, Jumat, 13 September 2024 | 14:03 WIB
Investor cerdas kini melirik ESG. Temukan bagaimana investasi ESG dapat membuka peluang baru dan meminimalkan risiko. (freepik.com/author/redgreystock)

Meskipun adopsi ESG terus meningkat, tidak semua investor menempatkan ESG pada posisi yang sama pentingnya dalam portofolio mereka. Proporsi "investor keyakinan," yaitu mereka yang menganggap ESG sebagai pusat strategi investasi mereka, tetap pada 26%.

Mengapa semakin banyak investor tertarik pada ESG? Studi ini mengungkapkan beberapa alasan utama:

* Peluang Investasi yang Lebih Baik: Sebanyak 57% investor percaya bahwa analisis ESG dapat membantu mengidentifikasi peluang investasi yang menarik. Dengan memahami risiko dan peluang ESG, investor dapat membuat keputusan yang lebih cerdas dan berpotensi menghasilkan return yang lebih tinggi.

* Peningkatan Kinerja Jangka Panjang: Hampir setengah (45%) investor percaya bahwa integrasi ESG dapat meningkatkan kinerja investasi dalam jangka panjang.

Pilihan strategi investasi juga dipengaruhi oleh adopsi ESG. Studi ini menemukan bahwa hampir tiga perempat (75%) investor ESG lebih memilih strategi investasi aktif.

Hal ini menunjukkan bahwa investor ESG cenderung lebih terlibat dalam proses investasi dan ingin memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang perusahaan yang mereka investasikan.

Kesenjangan menganga

Perusahaan di seluruh dunia semakin gencar menggaungkan komitmen mereka terhadap prinsip-prinsip ESG. Namun, jika kita mengulik lebih dalam, terdapat kesenjangan yang cukup mencolok antara persepsi perusahaan tentang kesiapan ESG mereka dengan realita di lapangan.

Indeks Kematangan Jaminan ESG KPMG mengungkap fakta menarik: 83% organisasi percaya bahwa mereka telah berada di garis depan dalam pelaporan ESG. Angka ini cukup menggembirakan, namun jika kita melihat lebih dekat pada praktik sehari-hari, muncul gambaran yang berbeda.

Hampir setengah dari perusahaan tersebut masih mengandalkan spreadsheet untuk mengelola data ESG mereka. Padahal, spreadsheet, meski praktis untuk data sederhana, jelas tidak memiliki kemampuan dan fleksibilitas yang dibutuhkan untuk mengelola data ESG yang kompleks dan terus berkembang.

Ketergantungan pada alat yang sudah ketinggalan zaman ini mengindikasikan adanya kesenjangan signifikan dalam kemampuan manajemen data ESG.

Baca Juga: Media Besar Kawasan Asia Menginisiasi Konsorsium Keberlanjutan