Lebih dari Sekadar Tren, ESG Kini Jadi Jantung Bisnis Modern

By Ade S, Jumat, 13 September 2024 | 14:03 WIB
Investor cerdas kini melirik ESG. Temukan bagaimana investasi ESG dapat membuka peluang baru dan meminimalkan risiko. (freepik.com/author/redgreystock)

Seiring dengan meningkatnya kompleksitas dan volume data ESG, kebutuhan akan sistem manajemen data yang lebih canggih pun semakin mendesak. Sistem yang ideal harus mampu mengintegrasikan tujuan keberlanjutan dengan tujuan bisnis yang lebih luas.

Selain masalah manajemen data, tingkat kematangan ESG perusahaan secara keseluruhan juga masih tergolong rendah. Sebanyak 75% responden survei KPMG menyatakan bahwa mereka masih berada pada tahap awal dalam perjalanan ESG mereka. Artinya, mereka belum memiliki fondasi yang kuat untuk menjamin praktik ESG yang baik.

Hanya 25% perusahaan merasa percaya diri dengan kebijakan, keterampilan, dan sistem ESG mereka untuk mencapai jaminan. Angka ini menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan masih menghadapi tantangan signifikan dalam membangun budaya ESG yang kuat dan sistem yang efektif untuk mengelola risiko ESG.

Investor yang ingin menginvestasikan dananya pada perusahaan yang berkomitmen pada prinsip-prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) seringkali dihadapkan pada berbagai tantangan. Mulai dari kesulitan dalam menentukan aspek ESG mana yang paling relevan, hingga kendala dalam memperoleh data yang akurat dan terpercaya.

Salah satu tantangan utama yang dihadapi investor adalah menentukan aspek ESG mana yang paling relevan untuk dipertimbangkan. Dengan begitu banyak topik ESG yang perlu dikaji, mulai dari perubahan iklim hingga etika bisnis, investor seringkali merasa kewalahan.

Namun, laporan KPMG menunjukkan adanya perkembangan positif. Terdapat tren yang semakin jelas untuk memfokuskan analisis ESG pada aspek yang paling berdampak pada nilai bisnis perusahaan.

Selain masalah lingkup, kualitas data ESG yang tersedia untuk investor juga menjadi kendala. Meskipun semakin banyak perusahaan yang memublikasikan laporan keberlanjutan, namun kualitas dan keterbandingan data tersebut masih bervariasi. Akibatnya, investor kesulitan untuk membandingkan kinerja ESG antar perusahaan.

"KPMG Global ESG Due Diligence Study" mengungkapkan fakta menarik: anggaran yang dialokasikan untuk due diligence ESG masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan aspek lain dalam proses investasi, seperti keuangan atau legal.

Hal ini tentu saja membatasi kemampuan investor untuk melakukan analisis ESG yang mendalam. Dengan anggaran yang terbatas, investor seringkali kesulitan untuk mengakses data yang lebih spesifik dan melakukan penilaian yang komprehensif terhadap risiko ESG perusahaan.

Laporan KPMG lainnya menunjukkan bahwa 44% perusahaan mengidentifikasi biaya awal sebagai hambatan utama dalam implementasi ESG. Banyak perusahaan, terutama perusahaan kecil dan menengah, kesulitan untuk mengalokasikan anggaran yang cukup untuk inisiatif ESG.

Menariknya, tingkat kesulitan yang dihadapi oleh perusahaan dalam mengimplementasikan ESG juga bervariasi tergantung pada tingkat kematangan ESG mereka.

Baca Juga: Tuberkulosis Berakhir pada Tahun 2030