Nationalgeographic.co.id—Isu pendanaan selalu menjadi topik pembicaraan dalam rangkaian kegiatan pelestarian lingkungan di negara mana pun, termasuk di Indonesia. Sebab, bagaimanapun, setiap kegiatan pelestarian lingkungan membutuhkan dana atau modal finansial yang beragam, tergantung skala dan aktivitas yang dilakukan.
Chelsea Islan, selebritas yang juga pegiat lingkungan, mengatakan ada banyak pegiat gerakan sosial ataupun gerakan lingkungan di Indonesia yang harus berjuang keras mendanai gerakan mereka secara mandiri. Bahkan memakai dana dari kantong pribadi.
"Banyak sekali social movement yang self funding," ujar Chelsea dalam program siniar National Geographic Indonesia Corner episode 1 dan 2, yang sudah tayang di akun YouTube Nat Geo Indonesia. "Mereka masih mencari dana sendiri, masih susah payah untuk mengampanyekan (gerakan mereka)."
Gerakan sekecil apa pun pada akhirnya akan membutuhkan dana atau modal yang besar. Dana ini dibutuhkan untuk memastikan gerakan ini berjalan secara berkelanjutan atau berkesinambungan.
Chelsea mencontohkan gerakan membersihkan pantai dari sampah-sampah plastik. Pada akhirnya, setelah mereka memunguti sampah-sampah plastik ini, mereka perlu mengolah sampah plastik ini misalnya menjadi produk baru yang punya nilai tambah. Misalnya, menjadi material bangunan seperti ecobrick.
Untuk membuat material bangunan dari sampah plastik dibutuhkan mesin pencacah dan mesin lainnya. Maka, modal dan pendanaan lagi menjadi penting untuk gerakan lingkungan seperti ini.
"Harus ada pendanaan," tegas Chelsea, untuk "mengolah barang-barang ini menjadi punya value yang baru."
Untuk menjawab permasalahan pendanaan guna kegiatan-kegiatan pelestarian lingkungan di Indonesia, pemerintah telah membentuk Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH). Badan ini telah beroperasi sejak 2021 dan kini diharapkan bisa menjadi solusi bagi sebanyak mungkin gerakan-gerakan yang berpihak pada lingkungan.
Direktur Utama BPDLH, Joko Tri Haryanto, mengatakan bahwa BPDLH memiliki visi besar menjangkau semua sumber pendanaan dari global untuk kemudian disalurkan ke berbagai wilayah di Indonesia. Joko meyakini, Indonesia berhak mendapat dukungan dana yang besar dari global setiap tahunnya untuk kegiatan pelestarian lingkungan.
Sebab, sebagai contoh, Indonesia adalah salah satu dari tiga negara dengan luas hutan terbesar di dunia. Manfaat iklim yang diberikan oleh hutan Indonesia ini dirasakan secara global. Oleh karena itu, program pelestarian hutan yang tersisa di Indonesia harus didukung penuh juga secara global.
"Kita langsung mendatangi sumber-sumber dana global itu," ujar Joko. "BPDLH menjadi kepanjangan tangan dari pemerintah untuk menjangkau semua dana-dana global kemudian mendistribusikannya ke domestik."
Baca Juga: Laudato Si' dan Seruan Paus Fransiskus untuk 'Tobat Ekologis' bagi Warga Dunia
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR