Ketika Perang dan Budak Membuat Petani Republik Romawi Jatuh Miskin

By Sysilia Tanhati, Sabtu, 21 September 2024 | 14:00 WIB
Bagaimana perang dan budak membuat petani menjadi jatuh miskin di era Republik Romawi? (Public Domain)

Pertanian dan kebajikan Romawi

Peran petani sama pentingnya bagi bangsa Romawi dalam arti ideologis. Romanitas merupakan kebajikan yang dianggap berasal dari orang Romawi. Kebijakan ini terdiri dari tiga identitas yaitu warga negara, prajurit, dan petani.

Orang Romawi ideal yang mewujudkan tiga identitas ini adalah Lucius Quinctius Cincinnatus. Ia adalah seorang negarawan legendaris yang hidup antara tahun 519 dan 430 SM.

Ketika Romawi terancam kehancuran, Cincinnatus dengan enggan meninggalkan pertaniannya dan menerima posisi diktator. Setelah mengalahkan musuh, ia segera melepaskan kekuasaan dan kembali ke kehidupan sederhana sebagai petani.

Cincinnatus memberikan contoh kebajikan yang paling dikagumi orang Romawi pada diri warga negara, tentara, dan petani. Para penulis, sejarawan, dan filsuf Romawi sangat antusias memuji petani yang rendah hati ini.

Penaklukan, perbudakan, dan perang

Pada akhir abad ke-3 dan sepanjang abad ke-2 SM, peningkatan jumlah tekanan sosio-ekonomi dan politik mulai membebani petani. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh tanggung jawab militer yang harus ditanggung oleh para petani. Juga karena meningkatnya jumlah budak yang berhasil melakukan penaklukan.

Kondisi semakin parah dengan orang kaya yang membeli tanah tersebut dan mendirikan latifundia (perkebunan pertanian besar). Latifundia menggantikan perkebunan kecil yang dikelola keluarga yang sebelumnya merupakan mayoritas pertanian Romawi.

Ketergantungan Romawi pada petani untuk dinas militer tidak menjadi masalah jika pertempurannya singkat dan tidak jauh dari lokasi pertanian.

Namun, selama Perang Punisia Kedua (218 hingga 201 SM), pertempuran memakan waktu lebih lama. Para petani wajib militer dijauhkan dari tanah mereka untuk jangka waktu yang lebih lama.

Menurut sejarawan seperti Tim Cornell, hal ini mempersulit petani kecil untuk menjalankan pertanian. Alhasil, mereka pun menjual lahan-lahannya.

Baca Juga: Bagaimana Gosip Menorehkan Sejarah Permaisuri Romawi Messalina?