Pallantium, Kota Legendaris Romawi Kuno, Keberadaannya Tak Pernah Bisa Dibuktikan?

By Ade S, Sabtu, 21 September 2024 | 16:03 WIB
Pemandangan Bukit Palatine dari seberang Circus Maximus. Sejarah mencatat Pallantium sebagai kota pertama di Roma. Namun, apakah bukti arkeologi mendukung klaim ini? Ungkap misteri kota legendaris ini. (Lil Herodotus)

"Dikatakan bahwa festival Lupercalia, yang masih dirayakan, sudah dirayakan pada masa itu di Bukit Palatine. Bukit ini awalnya disebut Pallantium, setelah sebuah kota dengan nama yang sama di Arcadia; namanya kemudian diubah menjadi Palatium. Evander, seorang Arcadia, telah memiliki wilayah itu bertahun-tahun sebelumnya dan telah memperkenalkan sebuah festival tahunan Arcadia di mana pemuda-pemuda berlari telanjang untuk olahraga dan pesta pora, untuk menghormati Pan Lycaeus, yang kemudian disebut oleh orang Roma sebagai Inuus." (Livy, History of Rome 1.5)

Asal-usul nama

Asal-usul nama Pallantium, kota legendaris yang menjadi cikal bakal Roma, telah menjadi subyek perdebatan dan spekulasi selama berabad-abad. Berbagai sumber kuno menawarkan penjelasan yang berbeda-beda, seringkali saling bertentangan.

Virgil, sang penyair epik Romawi, mengaitkan nama Pallantium dengan Pallas, seorang leluhur Evander. Namun, penulis lain seperti Pausanias dan Dio Cassius lebih condong pada pendapat bahwa nama tersebut berasal dari kota asal Evander di Arcadia.

Dionysius of Halicarnassus menawarkan sebuah teori yang menarik. Ia berpendapat bahwa Pallantium adalah nama kuno untuk Bukit Palatine dan mungkin dinamai untuk menghormati Pallas, putra Hercules dan Lavinia (putri Evander). Namun, Dionysius sendiri mengakui bahwa ia tidak menemukan bukti yang kuat untuk mendukung teori ini.

Dalam tulisannya, Dionysius mengungkapkan keraguannya: "Tetapi saya belum pernah melihat makam Pallas di Roma atau mendengar tentang persembahan yang dibuat untuk menghormatinya, atau saya telah mampu menemukan hal lain dari sifat itu, meskipun keluarga ini tidak berhenti diingat atau menerima penghargaan yang dengannya makhluk ilahi disembah oleh manusia."

Dionysius mengamati bahwa orang Roma masih merayakan Evander dan Carmenta (ibu Evander) dengan upacara keagamaan. Ia bahkan menunjukkan lokasi altar-altar yang dipersembahkan untuk kedua tokoh tersebut. Namun, ia tidak menemukan bukti serupa untuk pemujaan terhadap Pallas.

Lebih dari sekadar dongeng masa lalu

Mitos Pallantium bukanlah sekadar dongeng masa lalu. Legenda ini memainkan peran krusial dalam membentuk identitas bangsa Romawi. Dengan menempatkan Evander, seorang raja dari Arcadia (Yunani), sebagai salah satu pendiri kota Roma, orang Roma membangun jembatan budaya yang menghubungkan mereka dengan peradaban Yunani yang begitu dihormati.

Melalui kisah ini, Roma seolah menyatakan bahwa sejak awal, mereka telah memiliki hubungan yang erat dengan tradisi dan pahlawan-pahlawan legendaris dunia kuno.

Keberadaan Pallantium dalam mitologi Roma juga memberikan penjelasan yang masuk akal atas kesamaan budaya antara Yunani dan Roma. Dengan demikian, Roma dapat mengklaim warisan yang beragam, mencakup pengaruh Yunani, Etruscan, Sabine, dan Latin. Melalui silsilah ini, Roma berhasil menyatukan berbagai elemen budaya menjadi sebuah identitas nasional yang kuat.

Lebih menarik lagi, mitos Romawi menempatkan gua Lupercal di Pallantium. Di gua inilah, menurut legenda, Romulus dan Remus, pendiri kota Roma, ditemukan sedang disusui oleh seekor serigala betina.