Dengan demikian, Pallantium menjadi tempat pertemuan antara mitologi Yunani (diwakili oleh Evander) dan mitologi Romawi (diwakili oleh Romulus dan Remus).
Tak ada bukti artefak
Selama berabad-abad, keberadaan kota Pallantium, yang didirikan oleh Evander dari Arcadia, telah diterima begitu saja sebagai fakta sejarah. Para penulis kuno, seperti Gaius Julius Solinus, bahkan mengaitkan asal-usul nama Roma dengan Evander.
Solinus berpendapat bahwa Evander, yang menemukan sebuah pemukiman yang disebut "Valentia", kemudian mengubah namanya menjadi "Roma".
"Ada yang mengklaim bahwa nama 'Roma' pertama kali muncul di benak Evander. Menemukan sebuah kota yang sudah dibangun di sana, yang oleh para pemuda disebut 'Valentia' dalam bahasa Latin, ia memperhatikan arti dari nama sebelumnya dan menyebutnya 'Roma' dalam bahasa Yunani. Dan karena dia dan orang-orang Arcadianya tinggal di bagian tertinggi bukit, asal usulnya adalah bagian-bagian kota yang paling aman kemudian disebut Arcadia." (Solinus, Polyhistor 1.1)
Tidak hanya Solinus, penulis modern seperti Robert Graves juga ikut serta dalam memperkaya kisah Pallantium. Dalam esainya, Graves membayangkan percakapan antara dua tokoh sejarah dan menyarankan bahwa Evander memiliki dua putri bernama Romë dan Dynë.
Hal ini semakin memperkuat anggapan bahwa Evander memiliki pengaruh yang sangat besar dalam penamaan dan perkembangan kota Roma.
Namun, seiring berkembangnya ilmu arkeologi, pandangan mengenai Pallantium mulai berubah. Meskipun para sejarawan dan penulis selama berabad-abad telah meyakini keberadaan kota ini, hingga kini belum ditemukan bukti arkeologis yang kuat untuk mendukung klaim tersebut.
Tidak ada artefak, struktur bangunan, atau petunjuk lain yang dapat menunjukkan adanya sebuah koloni Yunani kuno di Bukit Palatine sebelum berdirinya Roma.