Selain itu, kerangka kerja, standar, survei, dan peringkat internasional memberikan tingkat keseragaman dalam mengukur eksposur dan kinerja ESG, sedangkan hasil CSR lebih bergantung pada inisiatif individu perusahaan.
5) Risiko material vs pamer nilai
Menentukan dan mengelola risiko serta peluang lingkungan, sosial, dan tata kelola yang relevan secara finansial adalah elemen kunci dari strategi ESG. Proses ini membedakan ESG dari CSR dengan menekankan pada pentingnya data yang diungkapkan terhadap operasi atau model bisnis perusahaan.
Berbeda dengan CSR, yang dapat mencerminkan nilai-nilai internal perusahaan, pelaporan ESG berfokus pada materialitas untuk menentukan area potensial perbaikan.
Bagaimana CSR dan ESG bekerja bersama?
CSR adalah elemen sosial utama dari 'Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola'. Ini mencakup dampak perusahaan terhadap masyarakat dalam aspek seperti inisiatif keragaman dan inklusi, donasi, kegiatan sukarela, dan pemberian hibah. Inisiatif-inisiatif ini merupakan bagian dari strategi CSR yang didefinisikan oleh organisasi itu sendiri.
Sebagai bagian dari laporan ESG, yang ditujukan untuk pemangku kepentingan eksternal menilai kinerja terhadap kriteria ESG, bisnis akan merinci upaya CSR mereka bersama dengan hasil lingkungan dan tata kelola.
Umumnya, CSR dianggap kualitatif karena sulit mengukur dampak sosial secara akurat. Sementara itu, metrik ESG cenderung kuantitatif, yang bisa menimbulkan kontroversi karena tidak ada metode yang jelas untuk mengkuantifikasi aspek 'S'.
Contohnya, ketika perusahaan berusaha membantu anak-anak kurang mampu dengan menyediakan makanan; hanya menghitung jumlah makanan tidak mencerminkan keseluruhan dampak - meskipun studi menunjukkan bahwa nutrisi yang cukup dapat meningkatkan kinerja akademik seiring waktu.
Dengan usaha intensif untuk mengkuantifikasi 'E' dalam ESG, tidak mengherankan jika ada tekanan besar untuk mengukur dan menilai 'S' juga. Dampak lingkungan relatif lebih mudah dilacak karena memiliki hasil yang dapat diukur, seperti pengurangan emisi CO2, volume polutan, dan lainnya.
Namun, mengevaluasi inisiatif CSR dengan akurat lebih menantang karena kurangnya kejelasan kondisi 'sebelum dan sesudah', alasan mengapa investor menemukan elemen sosial sebagai aspek paling kompleks dalam menilai strategi investasi.
Ada gerakan yang berkembang yang mendesak perusahaan dan lembaga pemeringkat untuk lebih jelas mendefinisikan dan memantau hasil sosial, agar aspek sosial mendapatkan perhatian yang setara dengan lingkungan dan tata kelola.
Jika perusahaan dapat menyempurnakan metode pengukuran CSR mereka, mereka akan lebih siap untuk memenuhi tuntutan pemangku kepentingan dan meningkatkan transparansi dalam laporan ESG mereka.
Mana yang ‘lebih baik’ – ESG atau CSR?
Dalam mengeksplorasi prinsip-prinsip ESG, kita mempertimbangkan cara perusahaan menangani isu-isu seperti emisi karbon, penggunaan sumber daya alam, keragaman dan inklusi di antara karyawan, serta manajemen gaji. ESG juga menilai sikap perusahaan terhadap pencegahan korupsi dan pengaruhnya dalam pembuatan kebijakan melalui lobi.
Kedua kerangka kerja ini memiliki kesamaan dan perbedaan. Konsep-konsep ini bisa diterapkan bersama sebagai strategi perusahaan; namun, ESG sering dianggap sebagai evolusi dari CSR karena dampaknya yang lebih terukur.
Secara keseluruhan, CSR bertujuan untuk menciptakan kesadaran dan menetapkan tujuan etis dalam bisnis, sedangkan ESG menyediakan data kuantitatif yang dapat diukur dan dipercaya oleh publik serta investor.