Nationalgeographic.co.id—Dalam dunia bisnis yang semakin peduli pada keberlanjutan, kita sering mendengar istilah corporate social responsibility (CSR) dan environmental, social and governance (ESG). Keduanya berkaitan dengan tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat, namun memiliki perbedaan yang cukup signifikan.
Secara sederhana, CSR seringkali dijadikan alat internal untuk mengukur keberlanjutan, sedangkan ESG menyediakan kriteria penilaian yang dapat dimanfaatkan oleh investor. Kini menjadi semakin terlihat bahwa ESG melampaui CSR, yang mungkin tidak lagi dilihat sebagai satu-satunya indikator praktik berkelanjutan oleh perusahaan global.
Sebuah penelitian dari Harvard Law School tahun 2021 terhadap 200 laporan keberlanjutan yang diterbitkan oleh perusahaan indeks S&P 500 menunjukkan bahwa meskipun CSR dan ESG sering digunakan secara bergantian, keduanya memiliki makna yang berbeda.
Investor semakin menyadari pentingnya ESG dalam membuat keputusan investasi. Mereka melihat ESG sebagai indikator risiko dan peluang yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan jangka panjang perusahaan.
Merujuk laman knowesg.com, artikel ini akan mengulas perbedaan dan persamaan antara CSR dan ESG, serta memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul mengenai kedua topik tersebut.
CSR: Lebih dari sekadar bisnis
CSR adalah komitmen sebuah perusahaan untuk berkontribusi secara positif bagi masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Bayangkan seperti ini, perusahaan tidak hanya melihat dirinya sebagai entitas yang mencari keuntungan, tetapi juga sebagai bagian dari masyarakat yang memiliki tanggung jawab.
Program ini tidak hanya berperan dalam melibatkan dan memotivasi karyawan, khususnya generasi muda yang sering mencari perusahaan yang sejalan dengan nilai-nilai mereka, tetapi juga dalam menciptakan visibilitas positif di hadapan konsumen dan pemangku kepentingan.
Dengan terlibat dalam program CSR, perusahaan dapat memberikan kesan yang langgeng melalui empat prinsip utama:
1. Keberlanjutan lingkungan: Perusahaan berupaya mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan beralih ke praktik bisnis yang lebih ramah lingkungan.
2. Praktik etis: Perusahaan menjalankan bisnis dengan etika yang baik, menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, transparansi, dan keadilan.
Baca Juga: Lebih dari Sekadar Tren, ESG Kini Jadi Jantung Bisnis Modern
3. Kontribusi filantropi: Perusahaan memberikan sumbangan kepada masyarakat melalui kegiatan sosial atau donasi.
4. Pembangunan ekonomi: Perusahaan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi lokal melalui investasi dan pemberdayaan masyarakat.
ESG: Panduan Investasi Berkelanjutan
Untuk memulai memahami apa itu ESG, Anda bisa memulai dengan membayangkannya sebagai sebuah rapor atau nilai rapor untuk perusahaan. Rapor ini menunjukkan seberapa baik perusahaan tersebut dalam mengelola dampaknya terhadap lingkungan, masyarakat, dan bagaimana perusahaan itu dikelola.
* Lingkungan (Environmental): Meliputi bagaimana perusahaan mengelola limbah, penggunaan energi, emisi gas rumah kaca, dan dampaknya terhadap keanekaragaman hayati.
* Sosial (Social): Berkaitan dengan hubungan perusahaan dengan karyawan, pelanggan, komunitas, dan masyarakat secara luas. Ini mencakup hal-hal seperti kondisi kerja, hak asasi manusia, dan tanggung jawab sosial perusahaan.
*Tata Kelola (Governance): Melihat bagaimana perusahaan dikelola, termasuk struktur kepemimpinan, transparansi, dan akuntabilitas.
ESG telah menjadi faktor penting dalam dunia investasi. Investor semakin menyadari bahwa keberlanjutan bukanlah hanya tentang melakukan hal yang baik, tetapi juga tentang menciptakan nilai jangka panjang.
Dengan memahami ESG, investor dapat membuat keputusan investasi yang lebih cerdas dan mendukung perusahaan yang memiliki dampak positif terhadap masyarakat dan lingkungan.
Dalam konteks pandemi, pentingnya ESG semakin terlihat. Perusahaan yang mampu beradaptasi dengan perubahan dan memberikan respons yang baik terhadap pandemi cenderung memiliki skor ESG yang lebih tinggi.
Ini menunjukkan bahwa ESG bukan hanya tren sementara, tetapi merupakan tren jangka panjang yang akan terus relevan di masa depan.
Baca Juga: Yayasan KEHATI Kembali Selenggarakan ESG Award by KEHATI untuk Tahun 2024
Perbedaan utama antara CSR dan ESG
Meskipun CSR dan ESG sering digunakan bersamaan, keduanya memiliki fokus dan tujuan yang berbeda. Berikut 5 perbedaan utama di antara keduanya:
1) Investor vs konsumen
Pelaporan dan pengungkapan ESG umumnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan investor dan pemangku kepentingan lainnya. Sementara itu, kegiatan CSR dirancang untuk memotivasi karyawan dan meningkatkan citra perusahaan di mata pelanggan serta komunitas melalui laporan yang relevan.
2) Praktik hukum vs praktik perusahaan
CSR memperhatikan dampak hukum dan etis dari kegiatan perusahaan, sedangkan ESG fokus pada pengaruh praktik perusahaan terhadap isu sosial yang lebih besar seperti perubahan iklim, pengurangan sumber daya, dan disparitas pendapatan.
Selain itu, CSR menilai bagaimana perusahaan berinteraksi dengan karyawannya, pelanggan, dan pemasok, sementara ESG lebih luas lagi dengan mempertimbangkan bagaimana perusahaan mengawasi dan meminimalisir dampak lingkungannya, serta bagaimana mereka mengelola tenaga kerja dan transparansi dalam pengelolaan.
3) Kepatuhan vs pilihan
Di berbagai negara dan sektor industri, pelaporan ESG kini bukan lagi sebuah pilihan melainkan sebuah keharusan untuk mematuhi regulasi perusahaan. Seiring dengan peningkatan struktur dan regulasi yang lebih ketat, semakin banyak organisasi yang akan diharuskan untuk menyusun, mengimplementasikan, dan melaporkan data ESG mereka.
Di sisi lain, keterlibatan perusahaan dalam inisiatif CSR biasanya tidak diwajibkan; ini dilakukan berdasarkan keputusan internal mereka sendiri.
4) Dapat diukur vs berorientasi pada tujuan
Inisiatif CSR sering berfokus pada tujuan tertentu dan melibatkan pelaporan, tetapi ESG dianggap lebih sistematis. Perusahaan yang mengadopsi ESG biasanya harus mengungkapkan informasi kuantitatif yang lebih luas, meskipun informasi kualitatif juga sangat penting.
Selain itu, kerangka kerja, standar, survei, dan peringkat internasional memberikan tingkat keseragaman dalam mengukur eksposur dan kinerja ESG, sedangkan hasil CSR lebih bergantung pada inisiatif individu perusahaan.
5) Risiko material vs pamer nilai
Menentukan dan mengelola risiko serta peluang lingkungan, sosial, dan tata kelola yang relevan secara finansial adalah elemen kunci dari strategi ESG. Proses ini membedakan ESG dari CSR dengan menekankan pada pentingnya data yang diungkapkan terhadap operasi atau model bisnis perusahaan.
Berbeda dengan CSR, yang dapat mencerminkan nilai-nilai internal perusahaan, pelaporan ESG berfokus pada materialitas untuk menentukan area potensial perbaikan.
Bagaimana CSR dan ESG bekerja bersama?
CSR adalah elemen sosial utama dari 'Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola'. Ini mencakup dampak perusahaan terhadap masyarakat dalam aspek seperti inisiatif keragaman dan inklusi, donasi, kegiatan sukarela, dan pemberian hibah. Inisiatif-inisiatif ini merupakan bagian dari strategi CSR yang didefinisikan oleh organisasi itu sendiri.
Sebagai bagian dari laporan ESG, yang ditujukan untuk pemangku kepentingan eksternal menilai kinerja terhadap kriteria ESG, bisnis akan merinci upaya CSR mereka bersama dengan hasil lingkungan dan tata kelola.
Umumnya, CSR dianggap kualitatif karena sulit mengukur dampak sosial secara akurat. Sementara itu, metrik ESG cenderung kuantitatif, yang bisa menimbulkan kontroversi karena tidak ada metode yang jelas untuk mengkuantifikasi aspek 'S'.
Contohnya, ketika perusahaan berusaha membantu anak-anak kurang mampu dengan menyediakan makanan; hanya menghitung jumlah makanan tidak mencerminkan keseluruhan dampak - meskipun studi menunjukkan bahwa nutrisi yang cukup dapat meningkatkan kinerja akademik seiring waktu.
Dengan usaha intensif untuk mengkuantifikasi 'E' dalam ESG, tidak mengherankan jika ada tekanan besar untuk mengukur dan menilai 'S' juga. Dampak lingkungan relatif lebih mudah dilacak karena memiliki hasil yang dapat diukur, seperti pengurangan emisi CO2, volume polutan, dan lainnya.
Namun, mengevaluasi inisiatif CSR dengan akurat lebih menantang karena kurangnya kejelasan kondisi 'sebelum dan sesudah', alasan mengapa investor menemukan elemen sosial sebagai aspek paling kompleks dalam menilai strategi investasi.
Ada gerakan yang berkembang yang mendesak perusahaan dan lembaga pemeringkat untuk lebih jelas mendefinisikan dan memantau hasil sosial, agar aspek sosial mendapatkan perhatian yang setara dengan lingkungan dan tata kelola.
Jika perusahaan dapat menyempurnakan metode pengukuran CSR mereka, mereka akan lebih siap untuk memenuhi tuntutan pemangku kepentingan dan meningkatkan transparansi dalam laporan ESG mereka.
Mana yang ‘lebih baik’ – ESG atau CSR?
Dalam mengeksplorasi prinsip-prinsip ESG, kita mempertimbangkan cara perusahaan menangani isu-isu seperti emisi karbon, penggunaan sumber daya alam, keragaman dan inklusi di antara karyawan, serta manajemen gaji. ESG juga menilai sikap perusahaan terhadap pencegahan korupsi dan pengaruhnya dalam pembuatan kebijakan melalui lobi.
Kedua kerangka kerja ini memiliki kesamaan dan perbedaan. Konsep-konsep ini bisa diterapkan bersama sebagai strategi perusahaan; namun, ESG sering dianggap sebagai evolusi dari CSR karena dampaknya yang lebih terukur.
Secara keseluruhan, CSR bertujuan untuk menciptakan kesadaran dan menetapkan tujuan etis dalam bisnis, sedangkan ESG menyediakan data kuantitatif yang dapat diukur dan dipercaya oleh publik serta investor.