Saat Pangeran Jawa Memohon Pertolongan 'Kaki Tangan' Ottoman di Batavia

By Muflika Nur Fuaddah, Kamis, 17 Oktober 2024 | 18:00 WIB
Kastil Batavia, dilihat dari Kali Besar Barat oleh Andries Beeckman, sekitar tahun 1656–1658 (wikipedia)

Beberapa orang yang datang untuk menembaki dan membakar rumah tersebut adalah wedana, mantri, polisi, juragan, mandor (berbagai pejabat kolonial, dari kepala distrik hingga pejabat polisi) dan orang-orang lain yang bekerja untuk pemerintah kolonial. Itulah kondisi yang terjadi di desa Condet."

Surat-surat tersebut menunjukkan bahwa Rafet Bey sebagai konsul Ottoman di Batavia memiliki tugas berat untuk melindungi reputasi Ottoman di Batavia, karena banyak umat muslim di Hindia Belanda yang memercayai Ottoman untuk mengawasi pendidikan dan modernisasi.

Karena itu, Rafet Bey bertanggung jawab untuk menyebarkan citra positif Ottoman selama Perang Dunia Pertama. Dia tahu bahwa banyak umat muslim di Hindia Belanda akan mendukung posisi Ottoman jika mereka tahu bahwa Ottoman berada di pihak yang benar selama Perang Dunia Pertama.

Rafet Bey mencoba menyebarkan berita tentang Ottoman melalui surat kabar di Hindia Belanda, meminta umat muslim di Hindia untuk berdoa bagi Sultan Ottoman, dengan menyebut sang sultan dengan gelar Gazi.

Dalam surat kabar Pantjaran Warta, Rafet menyampaikan instruksi dari Sadrazam (gelar Perdana Menteri Ottoman) Said Halim Pasha. Pesan ini diterjemahkan dari bahasa Turki ke bahasa Melayu. Dari Istanbul, Sadrazam Said Halim Pasha menginstruksikan: 

"Sebagai kemajuan dan kemenangan kekuatan tentara dan angkatan laut atas kehendak Tuhan di Dardanella, kementerian berharap agar Sri Paduka Sultan menambahkan gelar Gazi pada namanya dengan cara fatwa."

Instruksi ini penting bagi posisi Ottoman di Hindia Belanda karena menunjukkan bahwa Ottoman, melalui Rafet Bey, secara jelas menginstruksikan umat muslim di Hindia Belanda untuk mendukung Ottoman dengan menyebut Sultan mereka dalam doa dengan gelar Gazi.

Penggunaan gelar Gazi menunjukkan bahwa Ottoman siap menyebarkan semangat "Perang Suci" melawan orang-orang kafir, khususnya Inggris dan Prancis. 

Sementara itu, dalam surat kabar Sin Po, Rafet Bey meminta umat muslim untuk berdoa bagi Sultan demi mendukung Ottoman dalam Pertempuran Gallipoli, dengan menginformasikan kepada kementerian bahwa "berita tentang kekalahan musuh kita di Semenanjung Gallipoli telah membawa kebahagiaan dan kesenangan di kalangan umat muslim di sini" di Hindia Belanda.

Rafet Bey juga memastikan penyebutan gelar Gazi untuk Khalifah Rafet Bey dalam khotbah Jumat di masjid-masjid di wilayah tersebut.

Untuk itu, dia menulis kepada Kementerian Luar Negeri pada 11 Juni 1915 bahwa "dalam khotbah yang sangat jelas selama salat Jumat kemarin di Masjid Agung Batavia, sang khatib menyebut nama Khalifah kita yang mulia dengan gelar Gazi," selain memanjatkan doa syafaat untuk kemenangan tentara muslim dan memperpanjang usia sehat khalifah.

Oleh karena itu, salah satu tugas penting konsul Ottoman di Batavia selama Perang Dunia Pertama adalah menyebarkan deklarasi jihad di kalangan muslim. Namun, hal ini tampaknya tidak efektif karena Belanda sangat ketat mengawasi aktivitas konsul Ottoman.

Bersama dengan konsulat Jerman, Rafet Bey harus menghadapi propaganda negatif yang dibuat oleh konsulat Inggris di wilayah tersebut. Untuk melawan propaganda Inggris, Rafet Bey menerbitkan beberapa tulisan di surat kabar berbahasa Melayu, mendorong umat muslim untuk berdoa bagi Sultan Ottoman dan kemenangan tentara muslim.