Pada umumnya, vila-vila di era Republik berbentuk kecil dengan konsep pengolahan dengan alat yang lebih tradisional, dengan skala kecil pula. Namun, di era Republik Akhir, mulai muncul vila-vila mewah dan besar.
Pada pertengahan abad pertama SM, mulai muncul vila mewah milik Volusii Satutnini di Lucus Veroniae. Di mana konsep ruang tengah dan utama dalam vila, peristyle lebih besar dibandingkan dengan atrium.
Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan zaman, vila-vila elit Romawi terus berkembang menuju kemajuan. Seperti yang digambarkan para sastrawan Roma, revolusi besar terjadi hingga disebut vila "Columellan."
Meskipun sisa-sisa arkeologi tidak mendukung atau membuktikan teori perkembangan arsitektur ini, kesadaran akan vila dan perannya dalam ideologi Romawi merupakan konsep penting tersendiri.
Barulah, pada masa kekaisaran setelah Masehi, ditemukan berbagai macam arsitektur peninggalan vila kuno yang tersebar di seluruh kekaisaran Romawi.
Di provinsi-provinsi Kekaisaran Romawi, adopsi arsitektur vila klasik tampaknya menjadi tanda adopsi gaya hidup Romawi—dengan para elit yang ingin menunjukkan kesopanan mereka dengan tinggal di vila.
Contoh adopsi semacam itu adalah apa yang disebut istana Romawi Fishbourne di Chichester di selatan Inggris yang kemungkinan merupakan tempat kedudukan raja klien Romawi Cogidubnus.
Sejumlah vila yang hancur akibat letusan Gunung Vesuvius pada tahun 79 M menunjukkan ciri-ciri utama vila yang megah tersebut. Di Boscoreale, vila Republik Akhir milik Publius Fannius Synistor terkenal dengan lukisan dinding Gaya Kedua yang rumit.
Di Oplontis (sekarang Torre Annunziata, Italia), yang disebut Villa A (kadang-kadang disebut Villa Poppaea) menjadi contoh vila tepi laut (villa maritima).
Penggambaran villa maritima adalah vila yang sangat menyenangkan, dengan banyak kamar yang ditata apik untuk bersantai dan menerima tamu.
Baca Juga: Kuak Jurang Pemisah dalam Kelas Sosial Masyarakat Romawi Kuno