Isfahan, Ibu Kota Persia Kuno yang Jadi Kebanggaan Masyarakat Iran

By Sysilia Tanhati, Kamis, 17 Oktober 2024 | 16:00 WIB
Isfahan merupakan gambaran surga seperti yang diinginkan oleh penguasa Dinasti Safawiyah Abbas I. (Patrickringgenberg/CC BY-SA 4.0)

Saat berjalan di sepanjang Chahar Bagh Boulevard, pengunjung akan dimabukkan dengan aroma bunga lili, teratai, dan mawar.

Menyusuri jalan tersebut, Anda akan sampai di madrasah Chahar Bagh. Dibangun oleh Hussein, penerus Abbas I, madrasah ini masih dapat dikenali dari kubahnya yang sangat besar. Kubah itu dilapisi ubin keramik bermotif bunga dengan latar belakang pirus dan lapis lazuli.

Jalan tersebut mengarah ke Hacht Behecht, istana “Delapan Taman Surga” dengan serambi megah. Di sana terdapat burung merak kerajaan, simbol burung Isfahan. Kemudian tiba di Chehel Sotoun, “Paviliun Empat Puluh Kolom”, yang memiliki 20 pilar kayu besar.

Maydan-e Emam (Place Royal) adalah sebuah lapangan terbuka besar berukuran 510 kali 165 meter. (Pascal Coste)

Meninggalkan jalan raya dan berbelok ke kanan dan memasuki istana kerajaan Ali Qapu. Nama ini, yang berarti “gerbang tinggi” dalam bahasa Persia, kemungkinan besar merujuk pada Sublime Porte. Sublime Porte adalah istana sultan Ottoman di Konstantinopel.

Paviliun Ali Qapu, yang didekorasi dengan mewah, memiliki banyak ruang resepsi, lounge, ceruk, musik, ruang keadilan, dan kamar kecil. Tersebar dalam tiga tingkat, tempat ini juga menawarkan pemandangan ke jantung Safiwiyah Isfahan yang menakjubkan: Royal Square. Royal Squere dikenal juga dengan nama Maydan-e Emam atau Meydan-e Shah. Tempat ini juga disebut Naghsh-e Djahan Square (Citra Dunia).

Maydan-e Emam, jantung Isfahan nan spektakuler

Maydan-e Emam (Royal Square) adalah sebuah lapangan terbuka besar berukuran 510 kali 165 meter. Di ujung selatan halaman terdapat Masjed-e Emam (Masjid Imam; sebelumnya bernama Masjed-e Shah) yang terkenal. Mengutip dari laman Britannica, masjid ini mulai dibangun pada tahun 1611.

Maydan-e Emam dibangun antara tahun 1602 dan 1619 oleh arsitek Muhammad Reza. Lapangan terbuka ini diperuntukkan bagi keluarga kerajaan dan dirancang sebagai ruang pidato atau mausoleum pribadi. Di sebelah utara, kita bisa memandangi fasad Grand Bazaar yang tak kalah megahnya.

Maydan-e Emam adalah jantung Isfahan bagi Dinasti Safawiyah. Upacara besar militer, sipil dan keagamaan diselenggarakan di sana. Di masa lalu, rakyat bahkan bisa menikmati permainan polo di alun-alun yang memiliki dimensi ideal.

Maydan-e Emam juga dihuni oleh para pedagang dan tentara, pelancong dan individu yang pergi ke istana. Menurut petualang Perancis Jean Chardin, “Alun-alun besar ini kosong selama festival dan hari raya. Di lain waktu, tempat ini penuh dengan toko perangkat keras, pedagang barang bekas, pengecer, perajin kecil. Alun-alun ini dipenuhi dengan pedagang kecil yang jumlahnya tak terhingga. Di malam hari, kita melihat penipu, boneka, bahkan pengkhotbah.”

Baca Juga: Prasasti Behistun: Pesan Darius I bagi Kekaisaran Persia dan Dunia