Isfahan, Ibu Kota Persia Kuno yang Jadi Kebanggaan Masyarakat Iran

By Sysilia Tanhati, Kamis, 17 Oktober 2024 | 16:00 WIB
Isfahan merupakan gambaran surga seperti yang diinginkan oleh penguasa Dinasti Safawiyah Abbas I. (Patrickringgenberg/CC BY-SA 4.0)

Nationalgeographic.co.id—Isfahan merupakan gambaran surga seperti yang diinginkan oleh penguasa Dinasti Safawiyah Abbas I. Kota kuno ini bagai taman di dalam mimpi. Kemegahan ibu kota Persia kuno tersebut masih menjadi kebanggaan masyarakat Iran hingga kini.

Isfahan pertama kali berkembang pesat di bawah kekuasaan Turki Seljuk (abad ke-11–12). Kemudian di bawah kekuasaan Dinasti Safawiyah Persia (abad ke-16–18).

Selain menjadi ibu kota regional dan provinsi yang penting (Provinsi Isfahan), kota ini merupakan salah satu pusat arsitektur terpenting di dunia Islam. Maka tidak salah jika pada tahun 1979, Maydan-e Emam (Lapangan Imam) di Isfahan ditetapkan sebagai situs Warisan Dunia UNESCO.

Isfahan adalah separuh dunia

Sejarah Kota Isfahan dimulai pada periode Sassanid. Kota ini dibangun kembali pada akhir abad ke-16 oleh penguasa besar Persia, Abbas I (1587-1629). Dirinya membangun jalan raya, istana dan masjid. Sang penguasa membangun Isfahan sehingga menjadi kota kuno yang memesona hingga kini.  

Siapa pun yang mengunjungi kota ini 3 abad yang lalu mungkin sama terpesonanya dengan wisatawan modern. Tidak heran jika muncul ungkapan “Esfahan nesf-e djahan” atau Isfahan adalah separuh dunia.

Isfahan terletak di tepi Sungai Zayandeh Rud, yang mengalir 400 kilometer dari Pegunungan Zagros ke Danau Gavkhuni. Kota ini terletak di tengah jalan, pada ketinggian 1.600 meter di atas permukaan laut. Ketinggian ini memberikan vegetasi subur yang tidak biasa di dataran tinggi.

Di sebelah barat, kota ini menghadap jalan yang menyusuri Sungai Karoun menuju ke Teluk Persia. Di sebelah timur, pemandangannya menghadap ke Dasht-e Kavir. Dasht-e Kavir merupakan gurun garam luas tempat karavan yang memuat barang-barang dari belahan dunia lain tiba.

"Untuk mencapai Isfahan, Anda bisa melalui jalur sungai," tulis Emilio Gonzalez Ferrin di laman Histoire & Civilizations. Perjalanannya dimulai dengan Si-o-seh Pol (jembatan dengan 33 lengkungan) yang ditancapkan kokoh ke tanah dengan tiang besar.

Antara taman dan istana

Meninggalkan jembatan Si-o-seh Pol, pengunjung berjalan menuju ke utara menyusuri Chahar Bagh Boulevard. Ini adalah sebuah jalan panjang yang namanya berasal dari rangkaian taman Persia (chahar bagh artinya empat taman). Taman ini memiliki gaya yang serupa dengan taman-taman di Alhambra (Granada) hingga Taj Mahal (India).

Baca Juga: Lima Peninggalan Persia Kuno untuk Dunia Modern yang Kerap Dilupakan

Saat berjalan di sepanjang Chahar Bagh Boulevard, pengunjung akan dimabukkan dengan aroma bunga lili, teratai, dan mawar.

Menyusuri jalan tersebut, Anda akan sampai di madrasah Chahar Bagh. Dibangun oleh Hussein, penerus Abbas I, madrasah ini masih dapat dikenali dari kubahnya yang sangat besar. Kubah itu dilapisi ubin keramik bermotif bunga dengan latar belakang pirus dan lapis lazuli.

Jalan tersebut mengarah ke Hacht Behecht, istana “Delapan Taman Surga” dengan serambi megah. Di sana terdapat burung merak kerajaan, simbol burung Isfahan. Kemudian tiba di Chehel Sotoun, “Paviliun Empat Puluh Kolom”, yang memiliki 20 pilar kayu besar.

Maydan-e Emam (Place Royal) adalah sebuah lapangan terbuka besar berukuran 510 kali 165 meter. (Pascal Coste)

Meninggalkan jalan raya dan berbelok ke kanan dan memasuki istana kerajaan Ali Qapu. Nama ini, yang berarti “gerbang tinggi” dalam bahasa Persia, kemungkinan besar merujuk pada Sublime Porte. Sublime Porte adalah istana sultan Ottoman di Konstantinopel.

Paviliun Ali Qapu, yang didekorasi dengan mewah, memiliki banyak ruang resepsi, lounge, ceruk, musik, ruang keadilan, dan kamar kecil. Tersebar dalam tiga tingkat, tempat ini juga menawarkan pemandangan ke jantung Safiwiyah Isfahan yang menakjubkan: Royal Square. Royal Squere dikenal juga dengan nama Maydan-e Emam atau Meydan-e Shah. Tempat ini juga disebut Naghsh-e Djahan Square (Citra Dunia).

Maydan-e Emam, jantung Isfahan nan spektakuler

Maydan-e Emam (Royal Square) adalah sebuah lapangan terbuka besar berukuran 510 kali 165 meter. Di ujung selatan halaman terdapat Masjed-e Emam (Masjid Imam; sebelumnya bernama Masjed-e Shah) yang terkenal. Mengutip dari laman Britannica, masjid ini mulai dibangun pada tahun 1611.

Maydan-e Emam dibangun antara tahun 1602 dan 1619 oleh arsitek Muhammad Reza. Lapangan terbuka ini diperuntukkan bagi keluarga kerajaan dan dirancang sebagai ruang pidato atau mausoleum pribadi. Di sebelah utara, kita bisa memandangi fasad Grand Bazaar yang tak kalah megahnya.

Maydan-e Emam adalah jantung Isfahan bagi Dinasti Safawiyah. Upacara besar militer, sipil dan keagamaan diselenggarakan di sana. Di masa lalu, rakyat bahkan bisa menikmati permainan polo di alun-alun yang memiliki dimensi ideal.

Maydan-e Emam juga dihuni oleh para pedagang dan tentara, pelancong dan individu yang pergi ke istana. Menurut petualang Perancis Jean Chardin, “Alun-alun besar ini kosong selama festival dan hari raya. Di lain waktu, tempat ini penuh dengan toko perangkat keras, pedagang barang bekas, pengecer, perajin kecil. Alun-alun ini dipenuhi dengan pedagang kecil yang jumlahnya tak terhingga. Di malam hari, kita melihat penipu, boneka, bahkan pengkhotbah.”

Baca Juga: Prasasti Behistun: Pesan Darius I bagi Kekaisaran Persia dan Dunia

Sebagai jantung kota Isfahan, Maydan-e Emam menyatukan masjid-masjid utama kota dan berfungsi sebagai tempat perayaan besar para penguasa.

Masjed-e Emam yang dibangun pada tahun 1611. (Reza Mohammadi)

Di ujung Maydan-e Emam, di sebelah barat laut pasar, pengelana menemukan labirin nan rumit. Terselip di antara labirin, terdapat masjid, gereja, dan sinagoga hidup berdampingan. Di dekat bazar, Anda bisa bersantai di salah satu dari 273 pemandian (hammam) yang dimiliki Isfahan sejak abad ke-17.

Jean Chardin menghabiskan 10 tahun di Isfahan antara tahun 1664 dan 1677. Dalam bukunya Voyages, ia memberikan deskripsi terperinci dan grafis tentang kota tersebut pada masa kejayaannya. Saat itu, katanya, Isfahan memiliki 162 masjid, 273 pemandian umum, 1.802 karavan, dan 48 madrasah.

Terdapat madrasah Mader-e Shah (Ibu Kerajaan) yang terkenal. Dibangun pada awal abad ke-18, madrasah tersebut memiliki kubah bergaya Arab yang indah. Selama periode pertumbuhan arsitektur yang mencolok ini, kota tersebut juga menjadi pusat sekolah seni lukis. Isfahan juga menjadi rumah bagi banyak cendekiawan dan sastrawan.

Kejatuhan Isfahan

Pada tahun 1722, pasukan Ghilzay Afghan yang dipimpin oleh Mahmud mengalahkan pasukan Persia beberapa kilometer di sebelah timur Isfahan. Setelah pengepungan yang panjang, Isfahan pun berhasil direbut. Isfahan tidak pernah pulih sepenuhnya dari peristiwa ini.

Selama bertahun-tahun setelahnya, sebagian besar kota itu hanya berupa tumpukan puing. Populasinya menyusut hingga hanya sebagian kecil dari jumlah sebelumnya. Pemulihan dimulai pada masa pemerintahan Reza Shah Pahlavi (1925–1941). Kawasan industri dibangun, dan banyak bangunan bersejarah dipugar.

Destinasi nan kaya sejarah

Kota kontemporer Isfahan memiliki sejarah dan warisan budaya yang kaya sehingga menjadikannya destinasi wisata yang menarik. Kota ini terkenal dengan kerajinan tangannya, seperti peralatan makan dari perak, tembaga, kayu, kuningan, dan tembikar. Seni pembuatan ubin kuno telah berhasil dihidupkan kembali untuk memperbaiki monumen-monumen kuno.

Tenun karpet dihidupkan kembali di Isfahan pada kuartal kedua abad ke-20. Industri ini berkembang pesat dalam produksi ekspor dengan kualitas dan desain yang sangat baik untuk pasar Eropa. Kota ini juga terkenal dengan qalamkar, kain katun yang dicetak dengan tangan dengan berbagai desain.

Industri di Isfahan pun berkembang sedemikian rupa. Kota tersebut mempekerjakan salah satu kelompok pekerja industri terbesar di Iran. Nilai gabungan industri-industrinya menjadikannya salah satu pusat industri terpenting di negara tersebut. Industri-industri kota tersebut meliputi pembuatan baja, produksi semen, dan penyulingan minyak bumi.

Jembatan Si-o-se Pol. (Reza Haji-pour/CC BY 3.0)

Isfahan terletak di jalan raya utama utara-selatan dari Teheran ke Shiraz dan Teluk Persia. Kota ini dihubungkan melalui jalan darat ke timur dan tenggara ke Yazd, Kerman, Zahedan dan Pakistan. Isfahan terhubung ke kota-kota lain melalui kereta api.

Bila Anda memiliki kesempatan untuk mengunjungi Isfahan, jangan lupa berhenti sejenak untuk mengagumi matahari terbenam dari Si-o-seh Pol. Di sini lengkungannya yang terang benderang melindungi jalan-jalan malam Isfahan.