Nationalgeographic.co.id—Perubahan iklim, sebuah fenomena global yang semakin mengkhawatirkan, telah menimbulkan dampak yang sangat signifikan terhadap keanekaragaman hayati di seluruh dunia.
Para ahli lingkungan telah memberikan peringatan keras mengenai risiko kepunahan massal yang mengintai berbagai spesies dan transformasi radikal dalam struktur serta fungsi ekosistem di masa depan.
Salah satu aspek menarik dari dampak perubahan iklim adalah respons yang bervariasi di antara berbagai jenis ekosistem.
Studi-studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa sebagian besar tumbuhan darat, terutama yang mendominasi ekosistem hutan, cenderung merespons perubahan iklim dengan kecepatan yang lebih lambat dibandingkan dengan laju pemanasan global yang semakin cepat.
Hal ini mengindikasikan adanya semacam keterlambatan adaptasi pada ekosistem hutan dalam menghadapi perubahan lingkungan yang ekstrem.
Namun, penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Nature Ecology & Evolution telah mengungkap dinamika yang berbeda pada ekosistem padang rumput.
Studi ini menunjukkan bahwa spesies dominan berumur pendek yang khas ditemukan di padang rumput memiliki kemampuan adaptasi yang jauh lebih cepat terhadap perubahan iklim.
Para peneliti dari University of Michigan bahkan menyimpulkan bahwa ekosistem padang rumput mampu merespons perubahan iklim secara hampir instan.
"Perubahan iklim memang berdampak pada ekosistem kita. Dampaknya pasti akan terasa, cepat atau lambat. Padang rumput adalah salah satu ekosistem yang paling cepat bereaksi," ujar Yiluan Song, salah satu penulis utama studi tersebut, seperti dilansir dari Tech Explorist.
Pemahaman mendalam mengenai perubahan ekologi yang terjadi secara cepat dalam komunitas padang rumput menjadi kunci penting dalam upaya deteksi dini dan proyeksi yang akurat terhadap dampak perubahan iklim.
Studi terkini dalam bidang ini tidak hanya memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai kerentanan ekosistem padang rumput, tetapi juga menawarkan wawasan berharga untuk perencanaan restorasi vegetasi yang lebih efektif.
Baca Juga: Industri Kelapa Sawit Tengah Dihantam 'Karma', Dipicu Perubahan Iklim?