Nationalgeographic.co.id—Industri kelapa sawit, yang selama ini mengubah wajah lanskap pedesaan Indonesia dan Malaysia, kini merasakan dampak pahit dari transformasi lingkungan yang telah mereka ciptakan.
Ironisnya, industri yang begitu bergantung pada iklim tropis yang stabil kini harus berhadapan dengan ketidakpastian akibat perubahan iklim. "Para aktivis lingkungan mungkin menyebutnya karma," tulis Robin Hicks di laman Reuters.
Anita Neville, Chief Sustainability and Communications Officer di Golden Agri-Resources (GAR), perusahaan kelapa sawit raksasa yang mengelola lahan seluas 500.000 hektar di Indonesia, mengamati langsung dampak perubahan iklim ini.
Curah hujan yang ekstrem, dengan intensitas yang jauh lebih tinggi dari biasanya, menjadi momok baru bagi perkebunan kelapa sawit dalam dua tahun terakhir. Pohon-pohon yang dulunya kokoh kini mudah terserang penyakit akibat genangan air, sementara produksi buah pun terancam.
Dampak perubahan iklim tidak hanya berhenti pada tanaman. Populasi kumbang, penyerbuk utama bagi tanaman kelapa sawit yang bernilai ekonomi sebesar $4,5 miliar per tahun, juga terpengaruh.
Hujan yang berkepanjangan mengganggu siklus hidup kumbang, memaksa para petani untuk melakukan penyerbukan secara manual yang tentunya lebih mahal dan memakan waktu.
Bencana banjir semakin sering terjadi dan meluas. Jika sebelumnya banjir hanya menjadi peristiwa lokal, kini hampir seluruh wilayah di Indonesia melaporkan kejadian serupa.
"Sepuluh tahun lalu, kami mendengar laporan banjir di satu perkebunan. Sekarang hampir setiap wilayah di Indonesia melaporkan banjir," jelas Hicks mengutip Neville.
Banjir tidak hanya merusak tanaman, tetapi juga menghambat proses panen dan distribusi buah. Tandan buah segar yang tidak dapat dipanen dengan cepat akan membusuk dan menimbulkan kerugian ekonomi yang signifikan.
Sudah dirasakan langsung
Musim Mas, salah satu perusahaan kelapa sawit terbesar di Indonesia dengan luas perkebunan mencapai 130.000 hektar, telah merasakan langsung dampak dari perubahan iklim ini.
Baca Juga: Industri Sawit Masih Picu Deforestasi, Lahan Gambut Tak Luput Jadi Sasaran
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR