Mengintip Upaya Konservasi Biodiversitas oleh Industri Kelapa Sawit Malaysia

By Ade S, Selasa, 22 Oktober 2024 | 10:03 WIB
Bagaimana industri kelapa sawit Malaysia berkontribusi pada pelestarian alam? Temukan jawabannya dan manfaatnya bagi lingkungan serta masyarakat (National Geographic Indonesia/Donny Fernando)

Buah ara merupakan sumber makanan yang kaya nutrisi bagi berbagai jenis satwa liar, mulai dari serangga kecil hingga mamalia besar seperti beruang. Selain itu, pohon ara juga menyediakan tempat berteduh dan bersarang bagi banyak spesies burung.

Aspek penting lain dari konservasi keanekaragaman hayati di perkebunan kelapa sawit Malaysia adalah integrasi area HCV ke dalam rencana pengelolaan perkebunan.

Area HCV, yang diidentifikasi berdasarkan nilai ekologis, sosial, dan budaya yang unik, memainkan peran krusial dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan melindungi spesies langka.

Dengan demikian, integrasi area HCV ke dalam rencana pengelolaan perkebunan menjadi langkah penting untuk memastikan keberlanjutan industri minyak sawit.

Johor Plantations Group Bhd (JPG) merupakan salah satu contoh perusahaan yang telah menunjukkan komitmen kuat terhadap pelestarian area HCV.

Dengan lokasi perkebunan yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Endau-Rompin dan Cagar Alam Labis, JPG menyadari pentingnya menjaga keutuhan ekosistem yang ada.

Sebagai operator yang bertanggung jawab, JPG telah menerapkan berbagai praktik pengelolaan lingkungan yang bertujuan untuk meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dan memastikan kelestarian habitat alami.

Dengan mengidentifikasi dan melindungi area HCV di dalam wilayah konsesinya, JPG tidak hanya berkontribusi pada pelestarian keanekaragaman hayati, tetapi juga menjaga jasa ekosistem yang penting bagi masyarakat sekitar.

Area HCV yang dilindungi dapat berfungsi sebagai penyangga alami, mencegah erosi tanah, dan menjaga kualitas air. Selain itu, keberadaan area HCV juga dapat memberikan manfaat ekonomi melalui kegiatan ekowisata dan pengembangan produk-produk berbasis hutan yang berkelanjutan.

Selain inisiatif-inisiatif ini, Malaysia juga telah mengambil langkah proaktif dengan meluncurkan proyek Central Forest Spine (CFS). CFS merupakan sebuah inisiatif ambisius yang bertujuan untuk menghubungkan kembali hutan-hutan yang terfragmentasi di Semenanjung Malaysia, menciptakan koridor ekologis yang luas dan terintegrasi.

Proyek ini bukan hanya sekadar upaya pelestarian hutan, melainkan sebuah visi jangka panjang untuk membangun masa depan yang lebih berkelanjutan bagi negara.

Baca Juga: Mungkinkah Konsep Minyak Sawit Berkelanjutan Benar-benar Bisa Terwujud?