Kaisar Api dan Kaisar Kuning, Benarkah Mereka Pencipta Peradaban Tiongkok?

By Sysilia Tanhati, Kamis, 24 Oktober 2024 | 12:00 WIB
Kaisar Api dan Kaisar Kuning dipercaya sebagai nenek moyang Peradaban Tiongkok. (Windmemories/CC BY-SA 4.0)

Banyak cendekiawan setuju bahwa Kaisar Kuning awalnya adalah sosok yang seperti dewa, mirip dengan Yandi. Namun kemudian ia dianggap sebagai sosok yang historis.

Dalam catatan tradisional Tiongkok, Kaisar Kuning dianggap telah meningkatkan penghidupan para pemburu nomaden di sukunya. Ia mengajari mereka cara membangun tempat berlindung, menjinakkan hewan liar, dan menanam lima biji-bijian. Biji-bijian itu adalah kedelai, gandum, sapu lidi, millet ekor rubah, dan rami atau beras (tergantung versinya).

Akan tetapi, dalam catatan lain, Shennong dikatakan telah membawa hal tersebut ke Tiongkok. Dan jika Shennong dan Yandi memang sosok yang sama, hal ini dapat ditelusuri kembali kepadanya.

Huangdi juga dianggap sebagai penemu kereta, perahu, dan pakaian tertentu. Melanjutkan daftar tersebut, ia juga dikatakan telah menemukan kalender modern, astronomi Tiongkok, perhitungan matematika, dan sistem penulisan karakter Tiongkok. Teknik pewarnaan pakaian, penenunan sutra, serta versi primitif dari sepak bola (cuju) pun diperkenalkan oleh Huangdi.

Menghormati kelahiran Peradaban Tiongkok: mengenang Kaisar Kuning

Kaisar Kuning digambarkan memiliki empat wajah dalam budaya populer, yang memberikan kemampuan untuk mengendalikan keempat arah. Legenda mengatakan bahwa ia hidup pada abad ke-27 SM.

Setelah memerintah selama lebih dari 100 tahun, ia meninggal dan menjadi abadi setelah menyaksikan kemunculan fenghuang atau burung phoenix Tiongkok. Phoenix merupakan burung abadi dari mitologi Tiongkok.

Makam Kaisar Kuning di Provinsi Shaanxi adalah situs suci yang kaya akan sejarah dan legenda. Diyakini sebagai tempat peristirahatan terakhir Huangdi, tempat ini menarik pengunjung yang ingin terhubung dengan budaya dan warisan Tiongkok kuno.

Makamnya dikelilingi oleh pemandangan alam yang tenang. Keberadaan makam ini menjadi bukti warisan abadi dari salah satu tokoh paling dihormati di Tiongkok. Terletak di area yang indah, makam ini dikelilingi oleh ribuan pohon cemara. Banyak di antaranya berusia lebih dari seribu tahun.

Selain makam yang terkenal di Provinsi Shaanxi, ada situs lain di Tiongkok yang mengeklaim sebagai makam Kaisar Kuning. Lokasi-lokasi tersebar di seluruh provinsi seperti Henan dan Hubei.

Hal ini mewakili kepercayaan daerah dan hubungan historis dengan Huangdi. Juga menunjukkan dampak budayanya yang abadi di seluruh Peradaban Tiongkok.

Orang Tiongkok modern menyebut diri mereka sebagai “Keturunan Yan dan Kaisar Kuning”. Namun ada beberapa kelompok minoritas di Tiongkok yang memiliki asal-usul mitosnya sendiri yang tidak melibatkan Huangdi.

Pemujaan Kaisar Kuning, karakter penting dalam kisah kelahiran Tiongkok, dilarang di Republik Rakyat Tiongkok hingga berakhirnya Revolusi Kebudayaan. Larangan ini berlangsung hingga tahun 1980-an. Kemudian pemerintah mengubah pendiriannya, menghidupkan kembali “Kultus Kaisar Kuning”.

Saat ini, Huangdi terus menjadi lambang nasionalis yang kuat, yang melambangkan identitas dan persatuan Tiongkok. Kebangkitannya bertepatan dengan pergeseran budaya dan politik yang lebih luas di Tiongkok. Hal ini mencerminkan penghargaan baru terhadap warisan tradisional di tengah upaya modernisasi.

Kebangkitan kembali Kultus Kaisar Kuning menggarisbawahi interaksi dinamis antara tradisi historis dan nasionalisme kontemporer dalam masyarakat Tiongkok.