Nietzsche, Prometheus, dan Kejatuhan Manusia dari Kehidupan Surgawi

By Muflika Nur Fuaddah, Selasa, 29 Oktober 2024 | 10:00 WIB
Friedrich Wilhelm Nietzsche (Wikimedia Commons)

Poin yang ingin disampaikan Nietzsche adalah bahwa Yunani kuno bukan hanya "peradaban yang sedang berkembang" dalam arti ekonomi atau politik saja, tetapi peradaban yang secara fundamental terlibat dalam eksplorasi sifat-sifat eksistensial kehidupan manusia.

Karya-karya seni, mitos, dan tragedi mereka menunjukkan kedalaman pemahaman akan sifat dualistik kehidupan. Orang Yunani memahami dan menerima keindahan dan kekacauan sebagai dua aspek yang tak terpisahkan dari eksistensi.

Dalam tragedi, misalnya, kita melihat bagaimana pahlawan-pahlawan Yunani menghadapi nasib yang tak terelakkan dan tak terhindarkan, tetapi bukan tanpa perlawanan.

Tragedi menjadi semacam cermin bagi manusia untuk memahami penderitaan dan kematian, namun juga cara untuk menemukan makna dan ketahanan dalam menghadapi kehidupan yang penuh ketidakpastian. 

Nietzsche menyebut ini sebagai "kedalaman jiwa Yunani" karena, menurutnya, tidak ada peradaban lain yang mengonfrontasi penderitaan, kehancuran, dan mortalitas manusia secara langsung dan jujur.

Nietzsche melihat perbedaan mendasar antara peradaban Yunani dan peradaban lain yang mungkin hanya berfokus pada kemakmuran, keamanan, atau stabilitas.

Bagi Nietzsche, kedalaman pemikiran dan budaya Yunani adalah ekspresi dari jiwa mereka yang memahami bahwa keindahan dan tragedi adalah dua sisi dari koin yang sama.

Mereka tidak hanya menghindari penderitaan tetapi justru memeluknya dan, dalam proses ini, menciptakan nilai-nilai yang bertahan hingga hari ini.

Menurut Nietzsche, peradaban Yunani tidak sekadar berkembang secara kebetulan karena kemakmuran, melainkan karena mereka merangkul dualitas kehidupan—yang indah dan yang tragis—dan mengangkatnya dalam bentuk-bentuk seni, filsafat, dan mitologi yang mendalam.

Inilah sebabnya Nietzsche menolak gagasan bahwa Yunani kuno adalah "kecelakaan sederhana dari peradaban yang sedang berkembang"; sebaliknya, ia menganggapnya sebagai perwujudan budaya yang paling mendasar dan penuh perenungan tentang keberadaan manusia.