Nietzsche, Prometheus, dan Kejatuhan Manusia dari Kehidupan Surgawi

By Muflika Nur Fuaddah, Selasa, 29 Oktober 2024 | 10:00 WIB
Friedrich Wilhelm Nietzsche (Wikimedia Commons)

Prometheus berharap agar Zeus, tertipu oleh penampilan luar yang menarik dengan memilih tulang-tulang berbalut lemak.

Benar saja, Zeus memilih bagian yang tampaknya lebih menguntungkan secara visual, tetapi sebenarnya hanya berisi tulang-tulang kosong.

Dengan ini, Prometheus berhasil menipu Zeus, sehingga manusia kemudian dapat menyimpan bagian terbaik dari daging sebagai makanan mereka sendiri, sementara hanya memberikan bagian tak bernilai sebagai persembahan.

Zeus memilih dari tampilan luar saja yang berarti mewakili kuantitas. Sebenarnya, ia memilih sesuatu yang khas sifat ilahiah, yaitu materi tak berharga yang dapat dengan mudah dibakar di altar-altar sebagai tanda pemujaan, pengorbanan, dan ritual peribadatan—tradisi ini kemudian berkembang dalam bentuk pembakaran dupa di tempat-tempat ibadah dalam berbagai tradisi agama.

Di sisi lain, mitos Prometheus mengungkap pilihan manusia atas kualitas. Hal itu menandai awal dari nasib manusia yang terus menerus mencari materi di kehidupan duniawi ini.

Dalam konteks mitos ini, Hesiod mengungkapkan bahwa para dewa tidak tertipu oleh keburukan, melainkan manusia-lah yang, bersama dengan Prometheus, beranggapan bisa menghindari cobaan ilahi.

Pilihan manusia atas materi dan kaitannya antara hidup dan bertahan dengan dinamika keduniawian ini menimbulkan kebutuhan untuk mengambil alih, mengolah, dan memanfaatkan sumber daya materi yang tak pernah habis.

Dengan demikian, api sebagai elemen vital untuk mengolah makanan dan membangun teknologi  menjadi akar konflik baru antara manusia dan para dewa.

Zeus, penguasa mereka sekaligus penjaga petir, melarang manusia untuk mengakses api. Prometheus memilih untuk membangkang dan mencuri api Zeus untuk kemudian diberikan kepada manusia.

Balasan atas pembangkangan ini segera terjadi, yakni dengan menurunkan wanita pertama bernama Pandora.

Pandora membawa kotak, setelah kotak itu dibuka maka menyebarlah apa yang ada di dalamnya, berupa drama dan tragedi tanpa akhir pun menyelimuti kehidupan di dunia sejak itu.

Baca Juga: Berada di Antara Dua Dunia, Prometheus 'Ajarkan' Makna Menjadi Manusia