Sejarah Dunia: Jadi Penghubung Asia-Eropa, Bagaimana Jalur Sutra Terbentuk?

By Sysilia Tanhati, Minggu, 10 November 2024 | 08:00 WIB
Jalur Sutra adalah jaringan jalur perdagangan yang menghubungkan Asia dengan Eropa. Arteri penting ini membentuk dunia kuno, memfasilitasi perdagangan dan pertukaran gagasan. (Eugène Flandin)

Selain medan yang sulit, para pedagang harus menghadapi suhu ekstrem. “Mulai dari gurun yang panas hingga suhu di bawah nol derajat di pegunungan,” tutur Bileta. Unta Baktria, yang beradaptasi dengan lingkungan yang keras, membuat pengangkutan barang melalui darat di Jalur Sutra dapat dilakukan.

Situasi membaik setelah karavan memasuki wilayah Parthia (dan kemudian Sassanid). Di sini, Jalur Sutra menggunakan bagian dari Jalan Kerajaan lama. Jalan Kerajaan menghubungkan kota kuno Ecbatana dan Merv.

Persia lebih dari sekadar perantara. Mereka juga berdagang dengan Kekaisaran Tiongkok. Para pedagang menukarkan barang-barang yang terbuat dari emas dan perak dengan rempah-rempah, sutra, dan batu giok. Namun batu giok rupanya tidak pernah sampai ke Romawi.

Dari Persia, sering kali dipimpin oleh pedagang lokal, karavan melanjutkan perjalanan ke barat. Perhentian berikutnya adalah Palmyra. Kebanyakan karavan akan berhenti di sini.

Namun, ada pula yang memasuki wilayah kekaisaran dan mencapai tujuan akhir mereka – Antiokhia. Antiokhia merupakan kota metropolitan Romawi di pantai Mediterania Timur.

Alih-alih orang Tiongkok, para pedagang tersebut merupakan orang-orang dari Asia Tengah, terutama Sogdiana. Mereka memperdagangkan barang-barang eksotik antar kekaisaran.

Selain itu, Kekaisaran Parthia dan Sassanid tetap menjadi hambatan yang tidak dapat diatasi bagi Romawi. Karena itu, Romawi tidak mampu menjalin kontak langsung dengan Tiongkok. Kedua kekaisaran itu saling bertukar duta besar pada beberapa kesempatan.

Meski demikian, keduanya hanya samar-samar menyadari satu sama lain karena jarak yang sangat jauh. Selain itu, ada kerajaan-kerajaan yang bermusuhan tepat di tengah-tengah Jalur Sutra.

Jalur Sutra dan akhir zaman kuno

Jalur Sutra adalah rute yang efektif untuk mentransfer barang, ide, dan budaya melintasi wilayah Eurasia yang luas. Namun, hal ini juga menawarkan akses kepada “pengelana” yang lebih berbahaya. Pandemi kuno yang melanda dunia kuno, termasuk Wabah Justinianus yang terkenal, menyebar dengan cepat melalui jaringan Jalur Sutra.

Jalur Sutra juga berfungsi sebagai saluran yang efektif untuk menggerakkan pasukan dalam jumlah besar dengan kecepatan tinggi. Selama berabad-abad, namun tidak berhasil, Kaisar Romawi mencoba menghilangkan hambatan Persia dan membuka rute ke Timur. Yang terkenal, Kaisar Julian kehilangan nyawanya dalam satu upaya tersebut.

Sekitar waktu yang sama ketika Wabah Yustinianus melumpuhkan kekaisaran, Romawi melakukan kudeta besar-besaran. Mereka menyelundupkan telur ulat sutra ke Konstantinopel, sehingga menciptakan monopoli sutra di Eropa.

Kemudian, pada pertengahan abad ketujuh, Kekaisaran Romawi akhirnya berhasil mengalahkan Persia. Namun mereka kehilangan wilayah timurnya yang berharga, termasuk Mesopotamia dan Mesir.

Persia sudah tidak ada lagi. Bangsa Romawi, yang terpaksa berjuang demi kelangsungan hidup mereka, tidak dapat menggulingkan kekhalifahan yang berkuasa atau mengakses Jalur Sutra. Di saat yang sama, Kekaisaran Tiongkok juga mengalami krisis, meskipun Dinasti Tang akhirnya memulihkan kendalinya.

Zaman kuno berlalu, digantikan oleh Abad Pertengahan. Kekhalifahan menyatukan wilayah luas yang terbentang dari pantai Atlantik hingga perbatasan Tiongkok dan Samudra Pasifik. Era Keemasan baru segera dimulai, di mana Jalur Sutra memainkan peran sentralnya.