Nationalgeographic.co.id - Athena dan Sparta pada zaman dahulu adalah dua masyarakat Yunani kuno yang sangat berbeda. Namun kedua negara-kota legendaris ini memiliki nilai sejarah yang tak ternilai bagi dunia barat.
Di satu sisi, Athena tetap menjadi salah satu mercusuar Peradaban Barat. Kota ini adalah rumah bagi para filsuf dan seniman hebat yang membangun Parthenon, bangunan, dan patung di Bukit Acropolis dan seluruh Yunani.
Athena juga merupakan tempat demokrasi bermula, ekonomi berkembang pesat, dan politik mulai menyebar ke negara-kota lain pada masa itu. Socrates dan Plato adalah nama-nama yang masih terngiang di telinga orang Barat.
Sparta, di sisi lain, akan tetap abadi dalam hati nurani orang-orang Barat sebagai tempat para pahlawan, prajurit ulung, dan pelindung gagah berani peradaban Yunani kuno selama bertahun-tahun.
Nama Leonidas dan Pertempuran Thermopylae terus memicu imajinasi atas tindakan berani dan pengabdian tanpa rasa takut kepada tanah air.
Lebih jauh lagi, kata spartan dalam kosakata Bahasa Inggris Modern telah berarti kesederhanaan dan kerendahan hati.
Orang Athena lebih tertarik untuk mengembangkan pikiran, sementara orang Sparta ingin membangun tubuh yang kuat untuk berperang.
Ironisnya, Athena lebih ekspansionis, sementara Sparta puas dengan kerajaannya yang selalu siap menyediakan pasukan untuk seluruh wilayah Yunani kuno.
Mengenai ekonomi mereka, selama zaman Yunani kuno, dari 500 SM hingga kematian Alexander Agung pada 323 SM, Athena didasarkan pada perdagangan dan merupakan kekuatan perdagangan terdepan di Mediterania.
Di sisi lain, Sparta memiliki ekonomi pertanian. Meskipun tanah Laconian yang berbatu tidak sekaya itu.
Ada satu titik di mana kedua budaya itu bentrok, tak terelakkan. Perang Peloponnesos (441-404 SM) antara Athena dan Sparta, beserta sekutu-sekutu mereka, memperebutkan hegemoni atas Yunani.
Baca Juga: Temui Dewa Oceanus Yunani Kuno yang Hanya Berada di Ujung Dunia